Dahulu ku menyangka ombak tak akan pasang dan kapal bisa berlabuh.
Dahulu ku menyangka kau bisa diajak berlayar mengarungi samudera kehidupan.
Rinduku melaut, cintaku hanyut, dan gayungpun tak pernah bersambut.
Terima kasih untuk semua cibiran dan keangkuhanmu. Amatlah
disayangkan, rupamu yang cantik tak kau barengi dengan akhlak yang baik.
Sebenarnyalah cintaku bukan lipstik semata. Aku bersungguh-sungguh
mencintamu. Allah yang maha tahu kedalaman isi hatiku. Do’aku untukmu,
mudah-mudahan Allah membuka jalan fikiranmu, dan merubah perangaimu menjadi
lebih baik.
Aku sadar diriku tak lebih baik darimu, tetapi sebagai manusia kita
punya pegangan aqidah yang sama, sewajarnyalah kita sebagai sesama manusia
saling nasehat-menasehati dalam kebenaran sebagaimana yang sering kita baca
dalam surah al-‘Ashr
وتوا صوب الحق
Sayang…, ketaksukaanmu padaku kau potong
rambutmu, ketaksukaanmu pada ku kau sebut diri mu dongdot, na’uzubillahi min
zaalik. (itu yang kudengar dari orang yang menyampaikan salamku untukmu)
Jangan, jangan kau siksa dirimu karena aku.
Urailah rambutmu dan peliharalah dengan baik, sebab itu adalah mahkota
pemberian Tuhanmu.
Jangan, jangan sebut dirimu dongdot. Sebab
itu serendah-rendah perempuan di mata lelaki. Lelaki akan mempermainkan kita semaunya.
Tak ada lah yang lebih berharga selain daripada harga diri.
Aku bukan sok suci. Tetapi marilah kita
sama-sama introspeksi diri, bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara dan
dunia ini fana. Kesenangan semu hanya akan melahirkan kegembiraan sesaat dan
kita akan menyesali dan tak akan pernah tenteram sepanjang hayat.
Alangkah banyak remaja yang terjerumus
perilaku yang tidak baik karena kurangnya informasi dan iman yang sekulit ari.
Di satu sisi mereka belajar agama tanpa tahu mengamalkan karena pengaruh
komunikasi global lewat tayangan-tayangan maksiat yang dibungkus teknologi
modern, di sisi lain pengaruh kemiskinan. Mereka lebih mengambil jalan pintas,
asal dapat jajan, asal bisa puas jasmani, tak perduli harga diri. Benar lah
sabda Nabi Saw. “hampir-hampir kefakiran menyebabkan kekafiran.”
Sayang, mungkin kau pernah dengar kata-kata
bijak
سلامة الإنسان
بحفظ اللسان
Selamatnya manusia bergantung dari
penjagaan lidahnya atau mulutmu adalah harimaumu.
Andai kau tak memanggilku sebutan anjing,
mungkin aku tak akan pernah mengusik ketenangan hidupmu. Apa yang kuharap
darimu? Usiamu terlalu belia untuk mengenal cinta. Perangaimu tak lebih baik
dari kecantikan parasmu. Untuk mencari yang cantik, banyak orang yang
menjualnya. Untuk mencari yang tidak baik, tak usahlah dikata, banyak tersebar
di emper-emper jalan.
Aku terusik karena sebagai guru yang
seharusnya digugu dan ditiru mendapatkan tempat di sisimu sebagai anjing. Lama
ku berfikir, instrospeksi diri. Memang sebagai guru aku tidak dapat menunaikan
tugas ku dengan baik. Tetapi melihat kondisi lingkungan di mana kamu tinggal
selama pengamatanku sampai hari ini, baru lah kusadari bahwa itu sudah
merupakan kata lalap yang apabila diucapkan kitapun sekejap bisa melupakan
sebagaimana sebutan haramjadah dan lain sebagainya. Cuma aku berpesan,
jagalah lidahmu dengan baik jangan sampai terulang kata-kata itu dari mulut
manis mu apabila kamu menghendaki ketenteraman dalam hidup mu.
Sayang…, sampai hari ini cintaku tidak
berubah. Sampai hari ini sukmaku masih gundah. Walau demikian aku tidak mau
terjebak lamunan-lamunan hampa. Aku ingin kepastian cinta darimu. Cinta yang
tulus. Cinta yang penuh rasa sayang berdasarkan ajaran rasul. Cinta yang
didasari iman kepada Allah Swt.
Kalau sampai hari ini aku masih tandang ke
rumahmu, kalau sampai hari ini aku masih ingin melihat wajah ayu mu, karena aku
tidak menginginkan adanya rasa permusuhan di antara kita. Aku menghendaki kau
tampil sebagai anak salehah yang apabila tamu bertandang layani dan muliakanlah.
Jika memang kita beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian sabda Nab Saw.
من كان يومن بالله
واليوم الأخر فاليكرم ضيفه
Sayang..., dari sinar mata muku tahu kau
menginginkan hal yang sama seperti yang diharapkan oleh sepasang kekasih. Dari
sikapmu belakangan ini ku tahu kau malu-malu dan berusaha menutupi kebenaran
bahwa kau cinta padaku. Aku sadari itu dan aku pun berusaha untuk bersikap
wajar dan biarlah menjadi rahasia kita sampai saat dimana aku dan kamu telah
siap untuk bersatu dalam ikatan kasih sayang payung agama.
Aku mendambamu sepenuh jiwa dan raga. Cinta
dan sayang ku tak akan pudar hanya karena ombak yang pasang. Deru nafas cintaku
akan terus memburu sampai batas di mana jantungku berhenti berpacu. Mencintamu
aku hanya percaya satu hal, tak akan selamanya benci terpatri. Dan aku yakin…
من جد وجد
Keinginan dari setiap lelaki adalah
perhatian dan kasih sayang dari lawan jenisnya, dan keinginanku darimu adalah
ketulusan kasihmu dan perhatian sayang mu untukku.
********************
Tabir surya melukis mega kuning keemasan
tandai hari baru perjalanan waktu. Angin pagi menyisakan dinginnya. Kopi hitam
yang tersaji disertai penganannya membuat ku tak hendak beranjak. Sebatang
filter setia di bibir ku, mengepulkan asap berantai di sekeliling kamar. Ku
buka lembar demi lembar diary yang selama ini selalu merekam laku hidupku. Akh…,
namamu ternyata yang terbanyak sayang. Lamunanku
melayang, sukma ku terbang. Berandai-andai kau terima cintaku. Aku larut dalam
khayal sampai tak terasa kopi di gelaspun menjadi dingin dan suara riuh
anak-anak MI bersenda gurau di teras Pondok membuyarkan lamunan. Segera rokok
yang hampir mendekati garis batas ku matikan, berganti pakaian dan siap ke
Sekolah.
Tak ada yang lebih membahagiakan selain
dapat memandang wajah kamu sepuas-puasnya. Jujur saja, kau amat menggemaskan
dengan sikap acuh dan cuekmu. Dan di sekolahlah tempatnya, tempat dimana
kebahagiaan itu datang dan menjelma dalam wujud dirimu. Aku akan layu manakala
kau tidak pergi ke Sekolah.
Hari telah berangkat siang dan mataharipun
menunjukkan keperkasaannya. Kau pulang sayang. Aku hanya bisa memandangmu dari
kejauhan sampai batas kelokan jalan menuju rumahmu.
Entah kapan lagi waktu-waktu seperti itu
terus berulang. Akupun tak pernah tahu karena segala kuasa dan takdir-Nya jua
lah semua kejadian bisa terlaksana.
Demikian berartinya kau bagi ku sampai aku
tak pernah memperdulikan sikap bencimu padaku. Yang pasti aku sudah bahagia
apabila seulas senyummu mengembang dari bibir merahmu yang entah untuk siapa.
Aku begitu merindukan kau hadir menemani
kesepianku, mengisi impian-impian hidupku yang selama ini hampa. Kau kasih
pujaan, batas impianku padamu nyaris tak berujung.
*******************
Pukul 11 siang, hari tak terlalu panas
karena cuaca agak mendung. Aku lebih suka tidur-tiduran di kamar sambil
menunggu waktu dzuhur dan membuat persiapan mengajar di MTs.
Tugas adalah tugas dan aku tidak bisa
membantahnya karena itu merupakan kewajiban. Liburan yang lalu biasanya siang
begini aku ke rumahmu sekedar untuk melihat wajah kamu dan setelah itu kamu akan berpaling dan menghindar
dariku. Aku kecewa, tetapi kekecewaan ku terobati manakala pekerjaanmu yang
tertunda dapat kuteruskan.
Lembayung senja tampak di ufuk barat.
Langit kuning keemasan. Aku berdiri di pematang sawah menikmati panorama alam
yang menakjubkan. Sore sepulang mengajar…
Gadis-gadis
dusun ramai mengusir burung-burung sawah, suara mereka beradu dengan
teriakan anak-anak yang bermain kian kemari melewati pematang sawah, berenang
di empang keruh dan parit dekat tembok ternak. Kau tampak cantik sayang dengan
jepit rambut yang mengunci kepang kudamu, asyik bersenda-gurau dengan
teman-temanmu menikmati keremajaan mula yang tanpa beban dan problem hidup.
Aku merekamnya di keheningan diri, di
pematang sawah yang membatasi tempat tinggal mu. Dan senja kian merayap malam,
sebelum maghrib aku tiba di Pondok.
*******************
Hari pertama bulan Ramadhan seharian tanpa
kegiatan. Di tarawih yang kedua aku cuma mendengar suaramu saja sayang.
Hari-hari belakangan ini aku agak sedikit
melupakanmu, maklum aku tidak mendengar celoteh mulut panasmu ke telingaku
karena kita jarang atau sama sekali belum pernah bertemu atau pun dari
orang-orang yang kudengar ceritanya tentang kamu. Mudah-mudahan kau damai selalu
dengan keadaan ini, begitupun aku.
Bila kemudian hari kita tidak lagi dapat
berjumpa, moga kamu nggak akan melupakanku. Aku yang menjengkelkan dan
selalu membuat kamu tidak tenteram, semoga atas kepergianku ini kamu dapat
tumbuh menjadi remaja putri yang cerdas, mandiri dan menjadi tumpuan harapan
agama, bangsa dan Negara di masa yang akan datang.
Sekarang dan di masa-masa yang akan kamu
lalui, belajar lah terus jangan sampai berhenti di tengah jalan. gapailah ilmu
semampu kamu bisa. Jangan kau terbuai dan dilenakan oleh keadaan lingkungan di
mana kamu tinggal sebab susah dahulu dan senang kemudian itu lebih baik
ketimbang sebaliknya.
Aku memberi nasihat terdorong oleh rasa
cinta dan sayangku kepadamu. Semoga kamu mengerti dan mau menuruti nasehatku.
Harapanku padamu setinggi puncak gunung
Himalaya. Rindu dan sayangku padamu sedalam laut Atlantik. Walau aku tak dapat
memilikimu di kehidupan nyata, cinta dan rinduku bersatu denganmu di dalam
khayal mimpiku.
Seribu satu cerita tentangmu kuukir dalam
di hati sanubariku. Tekadku sudah bulat untuk mendapatkan kamu. Tidak hari ini
besok, tidak besok lusa, seminggu, sebulan, setahun, bahkan ribuan tahun yang
akan datang. Jelasnya sampai ajal menjemputku. Cinta dan rindu ini tak akan
pudar untukmu.
Sayang…, kesombonganmu yang mengufuk
langit, penghinaanmu yang tanpa batas, bencimu yang menguras air laut, dengan
izin Allah ingin ku ubah dan mudah-mudahan menjadi sebaliknya…
يا مقلب القلوب قلب قلبها وصارت بالمحبة الى
****************
Rentang waktu menyisakan harapan untuk
sebuah cita-cita ingin berbagi keceriaan dengan kawan dan anak didik. Walau
sederhana kami dapat menyelenggerakan pesantren kilat ramadhan, belajar mengaji
kitab kuning dan di seling latihan qasidah pada sore hari dengan mengundang
pelatih santri dari MA Barengkok, Ida.
Bersusah payah membuat proposal dengan
mesin tik tua, meminta tanda tangan kepala desa, fotocopy di Rajawali, cari
dana di Jakarta sekedar tetangga dan menugaskan anak MTs. berkeliling pasar.
Dukungan dari pemilik yayasan dan Ketua membuat kegiatan Pesantren kilat ini
dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
Aku teramat bahagia dalam acara itu.
Minimal aku dapat menyibukkan diri dan tidak larut dalam khayalan. Adanya kamu
dalam kegiatan tersebut membuatku bersemangat. Karena memang dari kamu lah
segala inspirasi itu ada dan berkembang, lontaran jangwe pergantian
tahun naga emas meretaskan asaku padamu yang senantiasa hadir dalam mimpi dan
ruang gambar kehidupanku.
Pagi waktu dhuha pertemuan terakhir kita,
saat dimana kebahagiaan itu muncul dalam kebersamaanku denganmu. Seulas senyum
yang kau berikan adalah satu hal yang amat berkesan dalam pergaulan keseharian
kita. Moga kamu semakin giat belajar dan dapat berguna kelak satu saat dimana
masyarakat membutuhkanmu.
***************
Udara malam dingin menggigit, maklum kemarau. Ombak
pantai Carita saling berkejaran, berlomba menyapu pantai. Sebagian kaki ku
dibasuh air laut kala sedang menatap keindahan panorama malam bertabur bintang.
Semalam di Carita, menenangkan pikir saat pagi tadi
kau lempar buku yang hendak kuberikan padamu lewat Majid, aih…betapa terhinanya
diriku.
Aku merenung, tepekur beralaskan pasir putih dengan
ditemani sebungkus rokok kretek dan makanan ringan serta kopi hangat yang tadi
dipesan dari pedagang asongan.
“Pijat, Dik. Kelihatannya lelah.” Ibu-ibu paruh baya
menawarkan jasa pijatnya.
“Ah, nggak Bu, makasih.” Aku tergeragap dan lelap
kembali dalam lamunan.
Pengalaman siang tadi sungguh tidak terduga. Kupikir
kau mau menerima ungkapan perasaanku lewat buku itu dengan senang hati dan
ternyata aku salah duga, amarahmu tak pernah terpikir akan sehebat badai.
Pagi menjelang siang sekitar pukul 10 aku langsung
berangkat ke pasar tanpa tujuan. Naik angkot rute Cicangkal-Serpong dan
berhenti di Cisauk. Bimbang tak tahu harus apa sampai terdengar peluit kereta
Jurusan Rangkas. Tanpa pikir panjang aku naik kereta itu walau tak berkarcis, kalo
apes bayar di atas… gumamku dalam hati.
Sesampainya di Rangkas perut baru terasa minta di isi.
Aku singgah di warteg pinggir jalan, makan dengan lauk-pauk sederhana. Naik
angkot ke Mandala, disambung Bus jurusan Rangkas-Labuan, singgah sebentar di
Sodong. Nostalgia masa-masa kuliah dulu yang terhenti di tengah jalan.
“Hei kemana aja ente baru nongol. Gimana
kabarnya?” Subhan yang orang Serang menyapa.
“Alhamdulillah sehat. Rupanya tambah maju di sini.”
“Ya, Alhamdulillah lah. Berkat manajemen yang
diterapkan dengan baik dan asrama juga yang sekarang terpadu dengan program
pesantren.” Panjang lebar Subhan menjelaskan.
“O, ya. Syukurlah. Anak-anak yang lain pada kemana?”
aku menanyakan kabar teman-teman yang dulu pernah seasrama.
Subhan pun menjelaskan bahwa Kosasih sedang
mempersiapkan skripsinya, Aqil yang orang Kalimantan sedang KKN di utara
Pandeglang, sedangkan Sofyandi balik ke Medan dan meneruskan kuliahnya di sana.
Aku manggut-manggut, dan selama mendengarkan penuturan
Subhan pikiranku melayang dan ada rasa penyesalan, kenapa dulu aku tak sabar
menunggu sampai kuliahku selesai. Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak bisa
berbuat apa-apa selain mengurut dada.
Ba’da asar aku pamit dan pergi ke Carita dengan
Subhan yang kebetulan ada acara di sana
dengan anak-anak MTs. asuhannya.
Subhan punya acara sendiri dan aku larut dalam lamunan
tentang dirimu yang selalu membuat aku penasaran sayang …
****************
Menulis lembaran terakhir ini rasanya berat
sekali tetapi ini harus kulakukan mengingat tak berguna lagi menegakkan benang
basah yang hanya menghabiskan sisa umur. Dua kali kamu bilang bahwa aku bukan
pacarmu dan ribuan kali kamu berpaling wajah apabila jumpa aku. Sebuah prasasti
bisu yang mengundang kepiluaan di hati. Untuk semua itu kuucapkan salam
perpisahan. Segala yang berhubungan denganmu akan kucoba untuk menguburnya
dalam-dalam walaupun untuk itu aku harus berpisah jauh darimu.
Harapan yang coba kurajut denganmu ternyata
hanya mimpi buruk di kehidupanku. Aku memang terlalu keras kepala untuk tetap
bersikukuh mendapatkan cintamu. Sebenarnya surat yang dahulu kau berikan padaku
telah membuktikan bahwa kau tidak cinta aku dan benarlah adanya bahwa cinta
yang kuharap darimu tidak pernah ada artinya bagimu. Alangkah benar sabda Nabi
…
خير الامور اوسطها
Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan
Aku dahulu kadung mencintamu habis-habisan
sampai-sampai aku tak memperdulikan studiku. Kini setelah aku sadar itu semua
hanyalah permainan setan belaka untuk menina-bobokan diriku dalam khayal yang
tak berujung.
Aku sadar dan percaya rukun iman yang ke-enam
bahwasanya takdir Allah baik dan buruk aku terima dengan rido dan ikhlas.
Mudah-mudahan dengan tidak bersatunya kita membawa satu hikmah yang baik.
Segala penderitaan masa lalu akan kuhapus dan membuka lembaran kehidupan baru
yang lebih baik.
Tentang tulisan-tulisanku dalam catatan ini adalah
murni luapan emosi yang sesuai dengan kurun dan waktu yang berbeda. Untuk itu
apabila ada didalam tulisan-tulisanku ini yang menyinggung perasaanmu aku mohon
maap. Lidah memang tidak bertulang dan kesalahan yang patal adalah kenapa aku
suka kepadamu. Andai aku tak suka kamu
mungkin aku dapat menjadikanmu murid yang baik. Tetapi nasi sudah menjadi bubur
dan tak dapatlah kita untuk mengembalikan waktu yang telah berlalu.
Kesalahan-kesalahanku padamu teramat banyak dan aku lama tak bertegur sapa
denganmu yang sepadahal dalam Islam batas kita cuma tiga hari untuk saling
diam.
Terima kasih. Aku telah belajar bagaimana tidak
enaknya kasih tak sampai yang apabila kurang kuat iman tentunya akan terjerumus
kedalam perilaku yang dilarang agama.
Semoga pada masa yang akan datang hubungan kita dapat
menjadi baik bahkan lebih baik lagi, amin. Dalam Islam sesama kita adalah
saudara. Mudah-mudahan kita dapat menjadi saudara yang sesusah-sesenang,
bersama-sama kita menggapai rido Allah SWT.
****************
Sebuah kata pisah membuat resah rasa dan perasaan.
Dusun yang indah, dusun yang penuh kenangan. Bau tanahmu mengundang keharuman
karena semerbak harumnya bunga pujaan, kekasih impian yang tak kunjung berikan
cintanya untukku.
Hijau daun jambu, hijau merona kasih sayang yang
hendak ku pupuk, penuh romantika dan perawatan yang menyita waktu dalam dekap
keharuan akibat ketakberdayaan diri untuk tampil lebih percaya diri.
Angin pagi terasa sejuk damaikan pikiranku ditengah
kekaguman panorama alam ciptaan Sang maha pencipta, Allah SWT. dan lamunanku
menerawang mengingatmu yang kini mulai memasuki usia remaja mula, penuh energi
dan hasrat untuk maju. Semoga engkau dapat tumbuh menjadi sekuntum bunga penuh
menebar aroma keharuman sehingga dapat membuat kagum siapa yang memandang dan
semoga engkau tidak akan tergoda rayuan setan yang menjauhkanmu dari Allah
sehingga tidak menjadi sekuntum bunga yang layu sebelum berkembang.
Di sini aku menanti cintamu tetapi tak jua kau beri.
Alangkah malangnya nasib dan kebahagiaan serasa terus menjauh dan berpihak
denganku. Kau pujaan hatiku. Semoga aku tidak salah memilihmu, memilih yang
terbaik diantara gadis yang baik-baik dusun ini dan kau jangan kecewakan aku.
Jadilah kau wanita muslimah yang baik, yang menjaga diri dan keluarga serta
agamamu. Kecerdasan yang Allah berikan kepadamu adalah anugerah yang tiada
terhingga nilainya dan semoga kau dapat memanfaatkannya dengan baik.
Aku menanti cintamu. Walaupun tak bersua raga,
mudah-mudahan jiwa kita tetap terpaut dan satu saat nanti pada masanya apabila
kita berjodoh, kita dapat bersama. Yah, perpisahan ini sebuah perpisahan wujud
kedukaan. Mudah-mudahan kita dapat jelang bahagia hari esok dan keakraban yang
lebih mesra antara kita.
Suluh cintaku adalah kamu, dan kau enggan untuk
menjadi penerang jalan hidupku. Aku kembali di dasar jurang kehidupan yang
pengap. Menina-bobokan diri dalam lamunan-lamunan mimpi yang menyesatkan.
Kecintaanku padamu telah mengurung sukmaku dalam
lamunan tentang dusun ini. Dusun yang menyimpan seribu kenangan indah sekaligus
menyakitkan. Indah saat dimana aku dapat memberikan setetes ilmu untuk orang
lain dan sakit ketika segala cerca dan hinaanmu kuterima dari mulut orang lain.
Akhir dari tulisan ini ingin kukatakan bahwa dinding
keangkuhanmu akan kurobohkan dengan traktor baja cintaku. Tunggulah saat dimana
semua itu menjadi kenyataan…, Insya Allah.
*****