Sabtu, 26 Maret 2016

Dog's Story

Dahulu ku menyangka ombak tak akan pasang dan kapal bisa berlabuh. Dahulu ku menyangka kau bisa diajak berlayar mengarungi samudera kehidupan. Rinduku melaut, cintaku hanyut, dan gayungpun tak pernah bersambut.
Terima kasih untuk semua cibiran dan keangkuhanmu. Amatlah disayangkan, rupamu yang cantik tak kau barengi dengan akhlak yang baik.
Sebenarnyalah cintaku bukan lipstik semata. Aku bersungguh-sungguh mencintamu. Allah yang maha tahu kedalaman isi hatiku. Do’aku untukmu, mudah-mudahan Allah membuka jalan fikiranmu, dan merubah perangaimu menjadi lebih baik.
Aku sadar diriku tak lebih baik darimu, tetapi sebagai manusia kita punya pegangan aqidah yang sama, sewajarnyalah kita sebagai sesama manusia saling nasehat-menasehati dalam kebenaran sebagaimana yang sering kita baca dalam surah al-‘Ashr
وتوا صوب الحق
Sayang…, ketaksukaanmu padaku kau potong rambutmu, ketaksukaanmu pada ku kau sebut diri mu dongdot, na’uzubillahi min zaalik. (itu yang kudengar dari orang yang menyampaikan salamku untukmu)
Jangan, jangan kau siksa dirimu karena aku. Urailah rambutmu dan peliharalah dengan baik, sebab itu adalah mahkota pemberian Tuhanmu.
Jangan, jangan sebut dirimu dongdot. Sebab itu serendah-rendah perempuan di mata lelaki. Lelaki akan mempermainkan kita semaunya. Tak ada lah yang lebih berharga selain daripada harga diri.
Aku bukan sok suci. Tetapi marilah kita sama-sama introspeksi diri, bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara dan dunia ini fana. Kesenangan semu hanya akan melahirkan kegembiraan sesaat dan kita akan menyesali dan tak akan pernah tenteram sepanjang hayat.
Alangkah banyak remaja yang terjerumus perilaku yang tidak baik karena kurangnya informasi dan iman yang sekulit ari. Di satu sisi mereka belajar agama tanpa tahu mengamalkan karena pengaruh komunikasi global lewat tayangan-tayangan maksiat yang dibungkus teknologi modern, di sisi lain pengaruh kemiskinan. Mereka lebih mengambil jalan pintas, asal dapat jajan, asal bisa puas jasmani, tak perduli harga diri. Benar lah sabda Nabi Saw. “hampir-hampir kefakiran menyebabkan kekafiran.”
Sayang, mungkin kau pernah dengar kata-kata bijak
سلامة الإنسان بحفظ اللسان
Selamatnya manusia bergantung dari penjagaan lidahnya atau mulutmu adalah harimaumu.
Andai kau tak memanggilku sebutan anjing, mungkin aku tak akan pernah mengusik ketenangan hidupmu. Apa yang kuharap darimu? Usiamu terlalu belia untuk mengenal cinta. Perangaimu tak lebih baik dari kecantikan parasmu. Untuk mencari yang cantik, banyak orang yang menjualnya. Untuk mencari yang tidak baik, tak usahlah dikata, banyak tersebar di emper-emper jalan.
Aku terusik karena sebagai guru yang seharusnya digugu dan ditiru mendapatkan tempat di sisimu sebagai anjing. Lama ku berfikir, instrospeksi diri. Memang sebagai guru aku tidak dapat menunaikan tugas ku dengan baik. Tetapi melihat kondisi lingkungan di mana kamu tinggal selama pengamatanku sampai hari ini, baru lah kusadari bahwa itu sudah merupakan kata lalap yang apabila diucapkan kitapun sekejap bisa melupakan sebagaimana sebutan haramjadah dan lain sebagainya. Cuma aku berpesan, jagalah lidahmu dengan baik jangan sampai terulang kata-kata itu dari mulut manis mu apabila kamu menghendaki ketenteraman dalam hidup mu.
Sayang…, sampai hari ini cintaku tidak berubah. Sampai hari ini sukmaku masih gundah. Walau demikian aku tidak mau terjebak lamunan-lamunan hampa. Aku ingin kepastian cinta darimu. Cinta yang tulus. Cinta yang penuh rasa sayang berdasarkan ajaran rasul. Cinta yang didasari iman kepada Allah Swt.
Kalau sampai hari ini aku masih tandang ke rumahmu, kalau sampai hari ini aku masih ingin melihat wajah ayu mu, karena aku tidak menginginkan adanya rasa permusuhan di antara kita. Aku menghendaki kau tampil sebagai anak salehah yang apabila tamu bertandang layani dan muliakanlah. Jika memang kita beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian sabda Nab Saw.
من كان يومن بالله واليوم الأخر فاليكرم ضيفه
Sayang..., dari sinar mata muku tahu kau menginginkan hal yang sama seperti yang diharapkan oleh sepasang kekasih. Dari sikapmu belakangan ini ku tahu kau malu-malu dan berusaha menutupi kebenaran bahwa kau cinta padaku. Aku sadari itu dan aku pun berusaha untuk bersikap wajar dan biarlah menjadi rahasia kita sampai saat dimana aku dan kamu telah siap untuk bersatu dalam ikatan kasih sayang payung agama.
Aku mendambamu sepenuh jiwa dan raga. Cinta dan sayang ku tak akan pudar hanya karena ombak yang pasang. Deru nafas cintaku akan terus memburu sampai batas di mana jantungku berhenti berpacu. Mencintamu aku hanya percaya satu hal, tak akan selamanya benci terpatri. Dan aku yakin…
من جد وجد
Keinginan dari setiap lelaki adalah perhatian dan kasih sayang dari lawan jenisnya, dan keinginanku darimu adalah ketulusan kasihmu dan perhatian sayang mu untukku.
********************


Tabir surya melukis mega kuning keemasan tandai hari baru perjalanan waktu. Angin pagi menyisakan dinginnya. Kopi hitam yang tersaji disertai penganannya membuat ku tak hendak beranjak. Sebatang filter setia di bibir ku, mengepulkan asap berantai di sekeliling kamar. Ku buka lembar demi lembar diary yang selama ini selalu merekam laku hidupku. Akh…, namamu ternyata yang terbanyak sayang.  Lamunanku melayang, sukma ku terbang. Berandai-andai kau terima cintaku. Aku larut dalam khayal sampai tak terasa kopi di gelaspun menjadi dingin dan suara riuh anak-anak MI bersenda gurau di teras Pondok membuyarkan lamunan. Segera rokok yang hampir mendekati garis batas ku matikan, berganti pakaian dan siap ke Sekolah.
Tak ada yang lebih membahagiakan selain dapat memandang wajah kamu sepuas-puasnya. Jujur saja, kau amat menggemaskan dengan sikap acuh dan cuekmu. Dan di sekolahlah tempatnya, tempat dimana kebahagiaan itu datang dan menjelma dalam wujud dirimu. Aku akan layu manakala kau tidak pergi ke Sekolah.
Hari telah berangkat siang dan mataharipun menunjukkan keperkasaannya. Kau pulang sayang. Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan sampai batas kelokan jalan menuju rumahmu.
Entah kapan lagi waktu-waktu seperti itu terus berulang. Akupun tak pernah tahu karena segala kuasa dan takdir-Nya jua lah semua kejadian bisa terlaksana.
Demikian berartinya kau bagi ku sampai aku tak pernah memperdulikan sikap bencimu padaku. Yang pasti aku sudah bahagia apabila seulas senyummu mengembang dari bibir merahmu yang entah untuk siapa.
Aku begitu merindukan kau hadir menemani kesepianku, mengisi impian-impian hidupku yang selama ini hampa. Kau kasih pujaan, batas impianku padamu nyaris tak berujung.
*******************

Pukul 11 siang, hari tak terlalu panas karena cuaca agak mendung. Aku lebih suka tidur-tiduran di kamar sambil menunggu waktu dzuhur dan membuat persiapan mengajar di MTs.
Tugas adalah tugas dan aku tidak bisa membantahnya karena itu merupakan kewajiban. Liburan yang lalu biasanya siang begini aku ke rumahmu sekedar untuk melihat wajah kamu dan  setelah itu kamu akan berpaling dan menghindar dariku. Aku kecewa, tetapi kekecewaan ku terobati manakala pekerjaanmu yang tertunda dapat kuteruskan.
Lembayung senja tampak di ufuk barat. Langit kuning keemasan. Aku berdiri di pematang sawah menikmati panorama alam yang menakjubkan. Sore sepulang mengajar…
Gadis-gadis  dusun ramai mengusir burung-burung sawah, suara mereka beradu dengan teriakan anak-anak yang bermain kian kemari melewati pematang sawah, berenang di empang keruh dan parit dekat tembok ternak. Kau tampak cantik sayang dengan jepit rambut yang mengunci kepang kudamu, asyik bersenda-gurau dengan teman-temanmu menikmati keremajaan mula yang tanpa beban dan problem hidup.
Aku merekamnya di keheningan diri, di pematang sawah yang membatasi tempat tinggal mu. Dan senja kian merayap malam, sebelum maghrib aku tiba di Pondok.
*******************

Hari pertama bulan Ramadhan seharian tanpa kegiatan. Di tarawih yang kedua aku cuma mendengar suaramu saja sayang.
Hari-hari belakangan ini aku agak sedikit melupakanmu, maklum aku tidak mendengar celoteh mulut panasmu ke telingaku karena kita jarang atau sama sekali belum pernah bertemu atau pun dari orang-orang yang kudengar ceritanya tentang kamu. Mudah-mudahan kau damai selalu dengan keadaan ini, begitupun aku.
Bila kemudian hari kita tidak lagi dapat berjumpa, moga kamu nggak akan melupakanku. Aku yang menjengkelkan dan selalu membuat kamu tidak tenteram, semoga atas kepergianku ini kamu dapat tumbuh menjadi remaja putri yang cerdas, mandiri dan menjadi tumpuan harapan agama, bangsa dan Negara di masa yang akan datang.
Sekarang dan di masa-masa yang akan kamu lalui, belajar lah terus jangan sampai berhenti di tengah jalan. gapailah ilmu semampu kamu bisa. Jangan kau terbuai dan dilenakan oleh keadaan lingkungan di mana kamu tinggal sebab susah dahulu dan senang kemudian itu lebih baik ketimbang sebaliknya.
Aku memberi nasihat terdorong oleh rasa cinta dan sayangku kepadamu. Semoga kamu mengerti dan mau menuruti nasehatku.
Harapanku padamu setinggi puncak gunung Himalaya. Rindu dan sayangku padamu sedalam laut Atlantik. Walau aku tak dapat memilikimu di kehidupan nyata, cinta dan rinduku bersatu denganmu di dalam khayal mimpiku.
Seribu satu cerita tentangmu kuukir dalam di hati sanubariku. Tekadku sudah bulat untuk mendapatkan kamu. Tidak hari ini besok, tidak besok lusa, seminggu, sebulan, setahun, bahkan ribuan tahun yang akan datang. Jelasnya sampai ajal menjemputku. Cinta dan rindu ini tak akan pudar untukmu.
Sayang…, kesombonganmu yang mengufuk langit, penghinaanmu yang tanpa batas, bencimu yang menguras air laut, dengan izin Allah ingin ku ubah dan mudah-mudahan menjadi sebaliknya…
يا مقلب القلوب قلب قلبها وصارت بالمحبة الى
****************

Rentang waktu menyisakan harapan untuk sebuah cita-cita ingin berbagi keceriaan dengan kawan dan anak didik. Walau sederhana kami dapat menyelenggerakan pesantren kilat ramadhan, belajar mengaji kitab kuning dan di seling latihan qasidah pada sore hari dengan mengundang pelatih santri dari MA Barengkok, Ida.
Bersusah payah membuat proposal dengan mesin tik tua, meminta tanda tangan kepala desa, fotocopy di Rajawali, cari dana di Jakarta sekedar tetangga dan menugaskan anak MTs. berkeliling pasar. Dukungan dari pemilik yayasan dan Ketua membuat kegiatan Pesantren kilat ini dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
Aku teramat bahagia dalam acara itu. Minimal aku dapat menyibukkan diri dan tidak larut dalam khayalan. Adanya kamu dalam kegiatan tersebut membuatku bersemangat. Karena memang dari kamu lah segala inspirasi itu ada dan berkembang, lontaran jangwe pergantian tahun naga emas meretaskan asaku padamu yang senantiasa hadir dalam mimpi dan ruang gambar kehidupanku.
Pagi waktu dhuha pertemuan terakhir kita, saat dimana kebahagiaan itu muncul dalam kebersamaanku denganmu. Seulas senyum yang kau berikan adalah satu hal yang amat berkesan dalam pergaulan keseharian kita. Moga kamu semakin giat belajar dan dapat berguna kelak satu saat dimana masyarakat membutuhkanmu.
***************

Udara malam dingin menggigit, maklum kemarau. Ombak pantai Carita saling berkejaran, berlomba menyapu pantai. Sebagian kaki ku dibasuh air laut kala sedang menatap keindahan panorama malam bertabur bintang.
Semalam di Carita, menenangkan pikir saat pagi tadi kau lempar buku yang hendak kuberikan padamu lewat Majid, aih…betapa terhinanya diriku.
Aku merenung, tepekur beralaskan pasir putih dengan ditemani sebungkus rokok kretek dan makanan ringan serta kopi hangat yang tadi dipesan dari pedagang asongan.
“Pijat, Dik. Kelihatannya lelah.” Ibu-ibu paruh baya menawarkan jasa pijatnya.
“Ah, nggak Bu, makasih.” Aku tergeragap dan lelap kembali dalam lamunan.
Pengalaman siang tadi sungguh tidak terduga. Kupikir kau mau menerima ungkapan perasaanku lewat buku itu dengan senang hati dan ternyata aku salah duga, amarahmu tak pernah terpikir akan sehebat badai.
Pagi menjelang siang sekitar pukul 10 aku langsung berangkat ke pasar tanpa tujuan. Naik angkot rute Cicangkal-Serpong dan berhenti di Cisauk. Bimbang tak tahu harus apa sampai terdengar peluit kereta Jurusan Rangkas. Tanpa pikir panjang aku naik kereta itu walau tak berkarcis, kalo apes bayar di atas… gumamku dalam hati.
Sesampainya di Rangkas perut baru terasa minta di isi. Aku singgah di warteg pinggir jalan, makan dengan lauk-pauk sederhana. Naik angkot ke Mandala, disambung Bus jurusan Rangkas-Labuan, singgah sebentar di Sodong. Nostalgia masa-masa kuliah dulu yang terhenti di tengah jalan.
“Hei kemana aja ente baru nongol. Gimana kabarnya?” Subhan yang orang Serang menyapa.
“Alhamdulillah sehat. Rupanya tambah maju di sini.”
“Ya, Alhamdulillah lah. Berkat manajemen yang diterapkan dengan baik dan asrama juga yang sekarang terpadu dengan program pesantren.” Panjang lebar Subhan menjelaskan.
“O, ya. Syukurlah. Anak-anak yang lain pada kemana?” aku menanyakan kabar teman-teman yang dulu pernah seasrama.
Subhan pun menjelaskan bahwa Kosasih sedang mempersiapkan skripsinya, Aqil yang orang Kalimantan sedang KKN di utara Pandeglang, sedangkan Sofyandi balik ke Medan dan meneruskan kuliahnya di sana.
Aku manggut-manggut, dan selama mendengarkan penuturan Subhan pikiranku melayang dan ada rasa penyesalan, kenapa dulu aku tak sabar menunggu sampai kuliahku selesai. Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengurut dada.
Ba’da asar aku pamit dan pergi ke Carita dengan Subhan  yang kebetulan ada acara di sana dengan anak-anak MTs. asuhannya.
Subhan punya acara sendiri dan aku larut dalam lamunan tentang dirimu yang selalu membuat aku penasaran sayang …
****************

Menulis lembaran terakhir ini rasanya berat sekali tetapi ini harus kulakukan mengingat tak berguna lagi menegakkan benang basah yang hanya menghabiskan sisa umur. Dua kali kamu bilang bahwa aku bukan pacarmu dan ribuan kali kamu berpaling wajah apabila jumpa aku. Sebuah prasasti bisu yang mengundang kepiluaan di hati. Untuk semua itu kuucapkan salam perpisahan. Segala yang berhubungan denganmu akan kucoba untuk menguburnya dalam-dalam walaupun untuk itu aku harus berpisah jauh darimu.
Harapan yang coba kurajut denganmu ternyata hanya mimpi buruk di kehidupanku. Aku memang terlalu keras kepala untuk tetap bersikukuh mendapatkan cintamu. Sebenarnya surat yang dahulu kau berikan padaku telah membuktikan bahwa kau tidak cinta aku dan benarlah adanya bahwa cinta yang kuharap darimu tidak pernah ada artinya bagimu. Alangkah benar sabda Nabi …
خير الامور اوسطها
Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan
Aku dahulu kadung mencintamu habis-habisan sampai-sampai aku tak memperdulikan studiku. Kini setelah aku sadar itu semua hanyalah permainan setan belaka untuk menina-bobokan diriku dalam khayal yang tak berujung.
Aku sadar dan percaya rukun iman yang ke-enam bahwasanya takdir Allah baik dan buruk aku terima dengan rido dan ikhlas. Mudah-mudahan dengan tidak bersatunya kita membawa satu hikmah yang baik. Segala penderitaan masa lalu akan kuhapus dan membuka lembaran kehidupan baru yang lebih baik.
Tentang tulisan-tulisanku dalam catatan ini adalah murni luapan emosi yang sesuai dengan kurun dan waktu yang berbeda. Untuk itu apabila ada didalam tulisan-tulisanku ini yang menyinggung perasaanmu aku mohon maap. Lidah memang tidak bertulang dan kesalahan yang patal adalah kenapa aku suka kepadamu.  Andai aku tak suka kamu mungkin aku dapat menjadikanmu murid yang baik. Tetapi nasi sudah menjadi bubur dan tak dapatlah kita untuk mengembalikan waktu yang telah berlalu. Kesalahan-kesalahanku padamu teramat banyak dan aku lama tak bertegur sapa denganmu yang sepadahal dalam Islam batas kita cuma tiga hari untuk saling diam.
Terima kasih. Aku telah belajar bagaimana tidak enaknya kasih tak sampai yang apabila kurang kuat iman tentunya akan terjerumus kedalam perilaku yang dilarang agama.
Semoga pada masa yang akan datang hubungan kita dapat menjadi baik bahkan lebih baik lagi, amin. Dalam Islam sesama kita adalah saudara. Mudah-mudahan kita dapat menjadi saudara yang sesusah-sesenang, bersama-sama kita menggapai rido Allah SWT.
****************

Sebuah kata pisah membuat resah rasa dan perasaan. Dusun yang indah, dusun yang penuh kenangan. Bau tanahmu mengundang keharuman karena semerbak harumnya bunga pujaan, kekasih impian yang tak kunjung berikan cintanya untukku.
Hijau daun jambu, hijau merona kasih sayang yang hendak ku pupuk, penuh romantika dan perawatan yang menyita waktu dalam dekap keharuan akibat ketakberdayaan diri untuk tampil lebih percaya diri.
Angin pagi terasa sejuk damaikan pikiranku ditengah kekaguman panorama alam ciptaan Sang maha pencipta, Allah SWT. dan lamunanku menerawang mengingatmu yang kini mulai memasuki usia remaja mula, penuh energi dan hasrat untuk maju. Semoga engkau dapat tumbuh menjadi sekuntum bunga penuh menebar aroma keharuman sehingga dapat membuat kagum siapa yang memandang dan semoga engkau tidak akan tergoda rayuan setan yang menjauhkanmu dari Allah sehingga tidak menjadi sekuntum bunga yang layu sebelum berkembang.
Di sini aku menanti cintamu tetapi tak jua kau beri. Alangkah malangnya nasib dan kebahagiaan serasa terus menjauh dan berpihak denganku. Kau pujaan hatiku. Semoga aku tidak salah memilihmu, memilih yang terbaik diantara gadis yang baik-baik dusun ini dan kau jangan kecewakan aku. Jadilah kau wanita muslimah yang baik, yang menjaga diri dan keluarga serta agamamu. Kecerdasan yang Allah berikan kepadamu adalah anugerah yang tiada terhingga nilainya dan semoga kau dapat memanfaatkannya dengan baik.
Aku menanti cintamu. Walaupun tak bersua raga, mudah-mudahan jiwa kita tetap terpaut dan satu saat nanti pada masanya apabila kita berjodoh, kita dapat bersama. Yah, perpisahan ini sebuah perpisahan wujud kedukaan. Mudah-mudahan kita dapat jelang bahagia hari esok dan keakraban yang lebih mesra antara kita.
Suluh cintaku adalah kamu, dan kau enggan untuk menjadi penerang jalan hidupku. Aku kembali di dasar jurang kehidupan yang pengap. Menina-bobokan diri dalam lamunan-lamunan mimpi yang menyesatkan.
Kecintaanku padamu telah mengurung sukmaku dalam lamunan tentang dusun ini. Dusun yang menyimpan seribu kenangan indah sekaligus menyakitkan. Indah saat dimana aku dapat memberikan setetes ilmu untuk orang lain dan sakit ketika segala cerca dan hinaanmu kuterima dari mulut orang lain.
Akhir dari tulisan ini ingin kukatakan bahwa dinding keangkuhanmu akan kurobohkan dengan traktor baja cintaku. Tunggulah saat dimana semua itu menjadi kenyataan…, Insya Allah.
*****

Senin, 07 Maret 2016

SENJA GAIRAH

SENJA GAIRAH
OLEH: ADIYA LAMBADA ISWARA

SEBUAH CATATAN TENTANG RINDU, PERSAHABATAN, DAN KESEHARIAN

Bogor 2016

PRAKATA
Hidup, hidup lah hati dekat pada Ilahi
Rengkuh-rengkuh lah hari dengan terus berbakti
Masa yang terus berlalu moga dapat dilalui dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang hamba. Semoga kita semua senantiasa ada dalam ridho’-Nya
Sebuah catatan keseharian dalam akun media sosial facebook tentang rindu, persahabatan dan keseharian dituangkan dalam buku kecil ini. Semoga dari catatan ini ada hikmah yang dapat dipetik, minimal ada rekaman curahan hati seseorang yang bernama Adiya Lambada Iswara, rasa yang tak biasa.








Rumah tempat kita bernaung
Pelepas penat tempat kita berlindung
Tempat tawa anak kita
Sesekali linangan air mata
Rumah kita dulu berdinding anyaman bambu
Berlantai tanah lembab karena disiram selalu
Angin menyelusup lewat celah-celah dinding
 Ingin selalu dipeluk  sedapat pecah-belah dingin
Akh…
Teras depan rumah kita tempat biasa anak mengaji
Anak-anak tetangga kita yang sudah besar kini

Di balai amben belajar alif, ba, ta
Di balai amben mengajar semampu bisa kita
Salat pun ingin selalu bersama
Sedapat waktu yang kita punya
Walau terkadang merasa kuatir
Amben yang goyang ketar-ketir
Pernah satu malam anak tak ada di sisi kita
Mencari kesana-kemari penuh tanda tanya
Ternyata jatuh ke tanah buat kita bertatap mata
Untung bukan ubin keramik tanah derai tawa kita
Malam kadang kau tak tertidur lelap
Dengarkan irama mesin tik tua berdetap
Gandaran yang bolak-balik memindah spasi
Suarakan ketak-ketik memecah sunyi







Tentang Pantun
Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut harus teliti

Dulu Loyang sekarang besi
Dulu sayang sekarang ingin tambah lagi

Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang keterusan
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang tunggu warisan

Berburu ke padang datar
banyak rusa belang kaki
Berguru tak ada yang ngajar
banyak siswa hilang sendiri

Banyak jalan menuju ke kota
Sayang disayang jalannya tidak selalu rata
Banyak bantuan mestinya sejahtera
Sayang disayang potongannya selalu saja

Beli semen merek kuaci
Dipasangkan di titian kaki
Belum seminggu diperbaiki
Titian sudah rusak lagi

Beringsut raih prestasi
Untuk menggapai citra diri
Halal-haram tidak perduli
Yang penting bisa jadi sendiri

Naik turun seperti pompa
Sudah naik tak mau turun pula
Begitu lah ada nya
Ibu – ibu bingung belanja apa

Pendaringan berbunyi nyaring
Tanda isi kosong melengking
Sawah tiada padi pun tak jumpa
Apalah daya esok makan apa

Sekolah gratis itu katanya
Tidaklah gratis untuk jajannya
Usah Tanya di ajar apa
Gratis itu terima apa adanya

Sekolah berlomba perbanyak siswa
Supaya sejahtera pengelolanya
Urusan bisa itu nomor dua
Kelas sesak tak mengapa

Bangku panjang tiga dan empat
Adu siku berapat-rapat
Bapak ibu guru berserak-serak
Menghalau anak bersorak-sorak

pandai anak bertelepon genggam
bbm, fb sudah makanan
situs tak patut jadi idaman
bergelak-gelak bersama teman


anak pandai berlaku peran
meniru-niru banyak adegan
tontonan yang menyesatkan
buahnya diambil kemudian

elu gue itu biasa
bahasa baku entah kemana
usah ditanya budi mulia
sebisa tahu sudah lah saja

masalah itu sudah biasa
solusinya tergantung kepala
bila isinya kotor semua
hasilnya pun bisa di terka



Berkaca
Mengaca pada cinta
Yang tak hirau dirinya
Untuk bahagia temannya
Sama mengganjal perut dengan kerikil
Sama berpeluh keringat tak terikat sekat
Pada cinta rela berkorban nyawa
Demi teman
Tempat berbagi suka dan duka
Dalam bingkai agama
Gapai  ridho Tuhannya


Asmara
Asmaraaaa...
kini tlah menyakitkan ku.
Hingga ku terjatuh
sakit nya menusuk jantungku...

kata-kata semanis madu
buat ku larut dalam buainya
kenapa kau sirna
disaat ku membutuhkanmu

Asmaraaa…
Di mana sejati mu
Kasih sayang penuh cinta
Insan dunia


In the onely

Everytime in mymind
Only you
In the onely
I hope you in here, with me
Coz I can’t stop loving you
I don’t know when be finished
Moon in the darkness
Closed of by black cloud
Twilight in the tip quiet limit
I am still here
Waiting you
So why you are not coming
For me
For everything


Gadis Kecil itu

Duduk menelungkup di tengah riang canda
mengenang abah yang telah tiada.
Kenapa, Nak…duduk di samping gadis kecil itu,
lembut mengusap telapak tangan kecilnya ,
selembut kapas.
Mereka riang berhari raya,
berpakaian baru,
jajan yang mereka suka.
Tangan kecilnya menggaris-garis tanah.
Kemana ayah mu, Nak…
jernih suara itu membelai rambutnya.
Abah tiada gugur di medan laga,
jihad fi sabilillah.
Tak punya baju baru,
tak juga uang saku untuk beli sesuatu.
Nak, mau kah aku menjadi pengganti ayah mu,
Khodijah ibu mu,
dan Fatimah saudara mu.
Mengusap air mata yang mulai mengering
Tak menyana apa yang didengarnya
Memeluk tubuh wangi itu
Terima kasih
Riang bersuka
Berlari dari pintu rumah itu
Berpakaian baru
Uang saku untuk beli sesuatu
Membuat iri teman-temannya


Andai bisa seberuntung gadis kecil itu
Allah, rahmat kasih-sayang-Mu untuk hati yang selalu memikirkan keadaan umatnya.


Gadis Remaja

Gadis remaja bak kuntum bunga
mekar di padang luas
diantara rumpun ilalang
mengembang menantang matahari
kuntum bunga menyerbak sejuta aroma
bersama hembusan angin
menerpa buana..
wanginya menyusuri lembah mendaki bukit
menyelam kedasar sungai yang dalam..

lalu kumbang datang seiring sinar mentari,
terbang berputar diantara bunga-bunga..
lalu tunduk dan hinggap dikelopaknya.
Semilir angin sejenak mengamati

Takdir pertemukan kumbang dan bunga
Saling berbagi
Menyesap madu bunga
Tetap menunggu walau senja beranjak

Dan kumbang pun bersedia mati bersama sang bunga...
Yang kelak melahirkan bunga-bunga baru


Sebuah Buku tulis

Terima kasih bu, buku tulis yang kemarin ibu beri
Ku isi penuh ilmu bekal hidup ku
Setiap kata setiap nasihat terekam jelas
Masuk ke dalam hati dan ingatan ku
Pandai membawa diri
Mencari teman
Jangan tinggi hati
Berbakti
Pada ibu bapak
Terima kasih untuk buku tulisnya
Yang masih ku kenang
Dan kelak kuceritakan kepada anak didik ku kelak
Ibu guru ku


Senja Harap

Senja di ujung harap
Berdua
Usung cita bahagia
Tetap
Menggamit erat

Tentang Kawan
merindukan mu kawan
yang tak lepas bacaan
kala subuh menjelang
rindu jalan-jalan
kini pulang keharibaan
moga berlabuh tenang
Saturday, February 11, 2012, 10:38:00 AM

Tentang belahan hati

bening mata bola kaca
kukecup mesra
maaf kupinta
tak sempurna
salat itu pintanya
selainnya
jangan main mata
bahaya
  
Rindu Randu
Pohon Randu di belakang kebun
sepi sendiri
dengan ranting tak berdaun
'lah lama kapas tak lagi bisa di tuai
Randu yang malang
sunyi sendiri
berteman angin gersang
Randu malang
rindu rindang daun
rindu kapas-kapas yang berguguran


Hati yang patah

Menghentak
tersentak
retak.
Hati yang patah,
lelah,
terbelah.
Kasih itu jadi buih,
semakin liar,
membakar akar,
bergetar.
Mengunci diri,
pucat pasi,
menyisi.

Wajah Lukisan 

Ada rasa merasa
rasa yang tak biasa
menyeruak begitu saja
ghirahkan asa
pada rona wajah yang dulu begitu dipuja semampu daya.
Ada begitu banyak kata
lukiskan keindahannya
sampai tak kuasa
pejamkan mata memandanginya.
pada rona wajah lukisan keindahan
habis umurku hànya sekedar memandangi mu. Menggantang asap,
seperti aspal jalan yang diperbaiki selang waktu rusak lagi,
seperti kehilangan karena ketakpedulian membangun jalan.
Poster yang terpajang diam-diam ku turunkan. "Ssssst... jangan bilang-bilang, nanti ketahuan." mengutip bang Ipul.


Kekasih 

Menemani terang memandang malam
Memandang mu dari kejauhan usai ku jelang
Apa kabar kesendirian semakin ku kesepian
Kapankah sua kembali di keabadian
Kembara yang lalu sesaat pergi pulang keharibaan
Rindu berpagut lembut
Berselimut
Larut
Ali-101915at952pm


Ketika ajal menjelang

Tanda itu masih lekat,
seketika pandang menjadi jauh.
sejengkal pangkal tenggorok
yang dulu berpayah diisi
menolak
tak hendak.
hanya ingin dekap
seusap kelopak.

Mimpi

Bincangkan hari
tentang mimpi,
adakah pasti.
Melucuti nalar
kaca yang berembun.
Semakin tak jelas bayang.
Coba kuusap,
kian kabur.
Pada warna yang kian pudar,
memendar,
terberai.
Duduk termangu
membisu.
Ruang yang terbuka dulu,
menutup perlahan.
Sisakan perih hati ini.


Rindu 

malam ku malang
melayang-layang
di nina bobo kan bayang 
bayang mengawang
hilang dibalik awan hitam
mengelam kelam
sisakan kenangan
kerinduan
ketenangan peraduan
sepenuh rindu
sewindu tak temu
meramu satu
pintaku
beri aku waktu


Rindu 2

Rindu ini untuk siapa,
mengharu biru.
Seberpisah jarak Adam a.s dan Hawa sebelum jumpa di 'Arafah.
Semerindu Ya'kub a.s. kehilangan buah hati kesayangan.
Ahh, ternyata ...
degub ini ada lagi.
Bergemuruh menghantam beku kreatifitas. Moga positif


Harapan

Gemericik air
turuni lembah
semilir angin
sibak dedaunan
merdu solawat
diperdengarkan
indah ...
usia muda harapan
semoga

Bila Nyata

mimpi terindah
bilakah,
sepenggal kenangan silam
mengulang
memenuhi ruang-ruang hati
yang sebentar padam,
merenda asa baru
penuh warna
penuh sukacita,
beriring bersisian
meraih ridho'-Nya.


Ego

buka mata
hati mengunci
empati pergi
cari suka sendiri
peduli lama mati
siapa,
kenapa,
bagaimana,
itu-ini
sampai bangkai
tanah kembali
apa,
kapan
tak arti lagi
sesal semenyesal yang telah pergi
tak sempat merapat Zat yang Mahatinggi. Andai
kata yang di suka si pemangsa
jadi biasa
jauh menjauh sejauh ufuq
mereguk sepenuh teguk

mabuk
telungkup
redup
tutup

Kasmaran 

ada dekat
mendekap erat
melajah bayang
mengenang silam
kasmaran
tak jua kesudahan
membubung tinggi,
terhempas di landasan.
seperih diiris sembilu.

Tentang Tanah Ini

kukabarkan padamu tentang tanah ini
yang dipapas ketinggiannya,
yang dikeruk kedalamannya,
yang tak pernah mulus jalannya
meninggalkan debu kala kemarau
dan kubangan sawah kala penghujan.
kukabarkan tanah kosong sebentar rumah deret berpenghuni pendatang dengan segala hingar-bingarnya
menyisakan pojok-pojok ruang terpinggirkan pribumi.
kukabarkan tanah ini
yang bersekat-sekat tak ada lagi ruang bergerak,
sementara sawah ladang mungkin bisa digarap
sampai tuan berdasi mengambilnya.
Adakah hari bisa lebih baik untuk tanah ini


Mendung diujung tangis 2003

Duduk lusuh di trotoar persimpangan
ditemani anak semata wayang
memandangi orang lalu lalang
pergi pulang berkendaraan.
Selang waktu
melihat-lihat toko
banyak berjejer
sepeda baru. 

"Pak, pengen sepeda itu, yang roda tiga,"
rajuk anakku. 

"Nak nanti saja, kalau Bapak ada rezeki."
galau ku menerawang
tempelkan embun
di sudut mata.

Berumah Bara 

rumah tangga kita penuh intrik penuh tipu
beli cabai kau kata bawang
beli asin kau kata daging
ada bukti 
kuitansi
rumah tangga kita seperti api dalam sekam
menjalar membakar norma
peduli setan halal-haram
asal sesuai
catatan awal bulan
saling bisu
tutup mata tutup telinga
angka-angka rekayasa
menjelma digjaya
alibi 123
orasi bijak bahasa awan
untuk sebuah pembenaran
rumah tangga kita penuh intrik penuh tipu
seperti api dalam sekam
apa kabar BOS

Kenangan Silam

masa kecil masa yang indah.
tawa canda berderai tanpa batas,
sedih senang tak pernah dipikir.
mengalir seperti air.
ada permusuhan
cukup diselesaikan
dengan saling mengaitkan jari kelingking, simpel ga ribet.
kembali bermain perang-perangan
dengan pistol mainan berbahan papan bekas peti,
dar..der..dor
di rerimbunan pohon tebu pinggir kali.
sesekali seperti Zorro
main pedang-pedangan
dari bilah bambu menyerupai anggar
dengan pengaman sandal jepit bekas,
tak...tek...tok saling beradu
dengan sasaran paha ke bawah.
pertama yang terkena, dia yang kalah.
Aku jarang tidur siang,

menyelinap dari balik jendela papan berjeruji berdinding papan
untuk kembali bermain
bersama teman-teman.
Nakalnya...


Pagi ini 
pagi ini
mentari menunggang kabut
pilu menabung dosa rindu amanat
seterang baterai usang
kegagahan dan wibawa khayal belaka
merenda andai dan bagaimana
pagi ini
sarapan belum lagi usai
batu yang kita makan
merusak alat mekanik dan pencernaan
kita tua sebelum waktunya
bak buah dikarbit
manis hilang berganti kecut
pagi ini
kuingatkan tugas mendidik anak
yang lahir dari rahim keramat
andai kau lelap
bagaimana bisa afiat
carilah ilmu walau penat
pagi ini
seiring fajar dini
syukur ku pada Ilahi
masih diberi

Balada Otong Sunat
Ketika Otong mencret-mencret dan kekurangan cairan tubuh
Mak nya bingung harus bagaimana
berulang kali dukun ditanya
bagaimana Otong bisa sembuh
jawab sang dukun tetap sama
sunat aja Si Otong
kalau disunat Otong takut setengah mati
sang dukun tidak bergeming
kalau mau sembuh harus disunat
tibalah sunatan Si Otong
diarak keliling kampung menaiki kuda putih
banyak orang berdecak kagum
Otong yang lemah gagah di atas kuda putih
tetapi muka Otong pucat muram
dia terjatuh dari kudanya
Dukun penipu
Dukun laknat
ramalanmu palsu
Aku tidak terima
kembalikan anakku, kembalikan
Sang dukun lari terkencing-kencing
aku tidak salah
kenapa kamu mau saja
Otong terbaring di bawah pohon kamboja
tak bisa bicara dan candanya pun telah hilang
orang hanya bisa mengenang
Otong dulu pernah hidup di dunia

Tersesat

merenangi dunia luas
dunia maya aneka rupa
sebegitu deras aliran nya
sampai tak bisa apa-apa
terombang-ambing ombak yang pasang
semakin ketengah tak tahu jalan pulang
papan pegangan sudah mulai pecah berserak
menyisakan puing-puing penuh retak
berderak tak ada tempat tuk dipijak
mengais-ngais kepayahan
meraih pegangan
tenggelam

Tentang Meraih Cita
sederhana,
seperti itu.
liwet dengan ikan asin,
sambal terasi di cobek batok,
dan lalap daun kopi.
mengikat kencang tali pinggang
demi sebuah cita.
koin satu-satu masuk ke dalam tabung bambu
sekedar jaga-jaga,
kalau-kalau kiriman selisih masa.
Ya muqollibal quluub. tsabbit qolbi 'ala diinik,
kenangan yang tetap terpatri
wejangan Ma haji.

at Pasir Jengkol'94 when we fight for a better life.


Pada akhirnya

air mengalir ke laut juga.
anugerah yang sia-sia
ketika tak ada
yang menyerapnya.
kembali seperti itu,
sebuah siklus
yang terkadang kita alfa.
seperti waktu,
seperti ilmu,
seperti jabatan,
seperti harta,
bila ia didapat
dan kemana dimanfaat.


Untuk Guru 

walau tak dikata
cinta hadir dari sejuk bola mata
untuk kebahagiaan ku.
segala bisa kau curah,
segala mampu kau tempuh
kelak ku berguna.
salam ta'zim kami guru...


Cinta berakar 

masih cinta yang sama
yang kutawarkan kepada mu

masih rindu yang sama
yang kutawarkan kepada mu
selalu begitu
sampai akhir nafas hidupku


Saung Kenangan

Saung tengah empang tempat dulu biasa kita melepaskan lelah setelah seharian mengajar, nikmati kebersamaan dalam bingkai persahabatan. Memancing Nila, sambil kongkow di amben bambu saung ini, menghadap ke arah matahari terbenam ditemani Mercy FM sepanjang sore, malam hingga pagi dan terkadang nakal pindah memancing ke empang tetangga. Ketika malam hari tiba pada masa bulan tanggal, mencari belut di sawah-sawah yang belum ditanami padi dengan petromaks, sebilah parang dan ember hitam. Belut ditetak dengan punggung parang, dimasukkan ke dalam ember. Menggorengnya dan disajikan dengan nasi gonjleng. Sedaap. Pada hari-hari libur biasa kita keliling kampung dengan senapan angin berburu tupai, biasanya aku kebagian peran sebagai anjing yang mengejar buruan dengan kawan-kawan lainnya. Setelah lelah mampir di rumah orang yang punya anak gadis, kali-kali ada jodoh. Apa kabar kawan yang dahulu sering mengirimkan makanan ke saung ini dengan rantang di tangan ketika ku sedang merajuk. Apa kabar kawan tempat kita biasa berhutang berbungkus-bungkus pengasap ketika kartu bayaran anak tak kunjung didapat. Apa kabar teman yang dulu biasa

mengumpulkan puntung bekas jamaah pengajian, diracik ulang dengan bungkus dalamnya, menciptakan formula rasa baru berbagai merek. Apa kabar sahabat yang untuk menghindari gigitan nyamuk rela berhelm-ria kepanasan. Apa kabar kawan telapak tangan yang halus ini menjadi kapalan menepuk pantat rantang demi bisa memukul rebana. Semoga, walau pun jauh di mata, tetapi hati-hati kita saling merindu. Saung ini menjadi saksi berlalunya waktu menciptakan memori dalam lubuk hatiku. Angereman 1998-2000


Kau

kau cinta ku rindu ku pada mu
kau selalu mengisi nafas ku
kau...
kau...
kau cinta ku rindu ku
kau mengisi nafas ku
pegang erat jangan lepas lagi
genggam lekat jangan pernah pergi







Deadline

bercumbu dengan waktu
meguras tenaga dan pikiran
sungguh nikmat
seperti bulan madu pertama
ditengah gerimis
di bawah tenda
kaki langit.
Sumringah



Kerja 

Sendiri itu indah,
apalagi ditemenin
lebih indah.
makin indah saja
kalo banyak yang nemenin.
Berbaik-baik lah dengan kawan
usah merasa bisa segala.
pada akhirnya
kita pun akan ke muara juga.



Gombal 

berkedip genit
melirik-lirik
mengintip-intip
menelisik
bisik
asyik
bercakap-cakap
merecap
menebak-nebak
menyemak
dekap
hap
tangkap
sekap
babat
santap
lahap

Ruang Sepi 
Ruang arca kita
semakin disorot
penuh debu.
Tak lagi kita dapat menghirup udara segar.
Semuanya telah masuk ke jantung dan otak
tanpa kita dapat berbuat apa-apa.
Dan para tetangga pun
tidak akan pernah perduli
tentang kita
karena mereka pun sibuk
dengan urusannya
yang terus memburu dunia.


Menunggu harap

lelah menunggu
batas waktu tak berujung
terkadang lenyap begitu saja
seperti kapas tertiup angin


Salam Rindu

sederhana cermin pribadimu
pandanganmu menyejukkan kalbu
bayanganmu tetap mengganggu tidurku
pujaanku terimalah salam rinduku
bila masa telah tiba
sang kumbang menyerbuk bunga
hati riang tak tertahan
kicau burung bersiulan
alam berbahagia
suka cita penuh warna
kasih-sayang peraduan
tetap sayang usah lepaskan

Tentang dunia 

bermain di air basahlah tubuh
bermain di api panaslah badan
bermain permainan langkah demi langkah
langkah bidak dalam permainan catur
sudah melangkah
hitungan matematika yang bicara


Hidup Berkah 

kemana hendak dicari
sedang senyum mu tak ada lagi.
gugur bunga mu menjadi berkah.
buah mu senangkan orang yang lalu.
cinta mu tak pilih kasih.
cinta ku mengharu biru.


Mencari Kekasih

mencari kekasih
mengarungi samudera luas kehidupan
tak jua sua
pendamping sejati dalam suka dan duka
seribu wanita hitam putih aneka warna
'lah kucoba hampiri
hanya tamparan-tamparan kegagalan 
memenuhi wajah pucat pasi
Rabb, jauhkanlah benci dan dendam kesumat dalam diri
petunjuk hikmat-Mu dalam setiap kegagalan
moga dapat memenuhi hati ini
sedikit demi sedikit
menyingkap rahasia kebesaran-Mu
bersama waktu yang berlalu
Rabb, mogalah saling memberi dan menerima cinta karena-Mu
keredho'an-Mu dalam setiap langkah hidupku
perjalanan hitam hari kemarin
dalam petunjuk nur-Mu hari ini
moga kulalui hari esok dengan penuh pengabdian pada-Mu
menyingkirkan segala gelap
yang merintangi jalan yang hak
Aamiin
Pabuaran, 18 April 1998

Pencari Ilmu 
sebegitunya cari
jarak tak menghalangi
ditempuh berjalan kaki
tuk bisa mengaji
berkilo jalan ditempuh
keliling kampung berjauh-jauh
berpayung hitam berpeluh
membagi ilmu orang yang butuh
susah payah bangun rumah ibadah
cari ilmu berpayah-payah
ilmu wudu ilmu salat, 
ibadah mahdoh goir mahdoh 
dihafal semampu bisa
dijalankan semampu daya
padaku kau keinginan
seperti itu cerita zaman

Guru 2 
kenapa ada kasta untuk guru yang berjasa
semua terkotak dalam sekat sekarat berat
samabaju tidaksama isisaku
mengharubiru khotbah didepan anakdidikmu
ceritakansusah mencariilmu
merekamanggutmanggutngantuk
peduliapaperasaan
tugaskuhanyamengajarkan
toh ada ibu-bapaknya
si anak bingung ibu-bapaknya sibuk semua
sekolah untuk main-main saja
besar anak ditelevisi
besar anak dipenyewaan ps
besar anak dimanasempat
Apa kabar Indonesia 2045

Biasa Saja

siapa yang memberi rasa aman?
kenapa lena?
seperti satu tubuh mati rasa.
tangan terluka biasa saja.


Tentang Hari lena 

karena langkah pastikan tujuan.
langkah gontai kemana arah tujuan.
berleha lena ikuti tapak jempol kaki.
padahal akhir itu sudah pasti.
tentang dunia yang kita di dalamnya


Andai dan Bagaimana

meronta, tak.
nikmati cumbunya,
terkesiap.
jauh langkah tertinggal,
terjungkal.
memaksa harap,
sekarat.
cerita usang andai dan bagaimana,
menetak.

Kelewat Mimpi 

impian ini lampaui batas,
seberangi lautan lepas
tanpa tahu pelabuhannya.
masuk ke api nya
buat ku mabuk.


Tak sebegitunya Cinta

tak seperti buat seribu candi untuk jadi
tak seperti buat perahu dengan bendung citarum untuk pasti
padanya dia ada
walau tak sebegitunya cinta

Renda Asa

lama tak sua.
apa kabar teman cita.
maaf kupinta
tak sempurna.
hari indah bersama
bergelut dengan rumus dan angka.
moga cita bahagia
pada asa yang tertunda.


Tak bisa sembunyi

dinding ini masih kaca
tembus ke dalam nya
sampai ke jiwa.
tak bisa ku sembunyikan
dalam nya rasa
pada dia
yang buat ku bahagia.


Pilihan

menelusuri jejak.
langkah terhenti di persimpangan.
antara lanjut dan sekarat.
sebegitunya cinta...



Rindu berat 

Di sebaris asa
ada ruang rindu yang menggayut

Menyusup lembut
dalam dekap yang mengkarut

Selaksa bayang yang berkabut

Berharap merenggut
lembut


Maaf 

maaf ku telah menyakiti perasaanmu.
dalam diam mu kutahu
kau merasa tersiksa.
apalah dayaku
hanya bisa berkata
tak mampu berbuat apa-apa.
doa yang selalu kupanjatkan,
semoga kau baik-baik saja.


Fokus 

masuk kedalamnya
bercengkerama dalam imajinasi,
fokus.
tak hirau sekeliling
menghantar tawa,
bahagia,
sedih,
kecewa,
rasa segala bisa,
peduli apa.
bilakah salat senikmat nonton tv...


Kepercayaan 

berumah di atas rawa
butuh fondasi yang kuat,
tiang pancang yang menembus cadasnya.
bila tak,
sia-sia saja.
menghabiskan waktu dan tenaga.


Kenangan 2 

sayup suara pengeras suara jelang subuh usai lelap malam
"Trong kohkol morongkol, dur bedug meneran simut, di adanan teu daek hudang...!" masih terngiang. Selalu menolong selagi bisa, memberi pinjaman atau mencarikan pinjaman. bercengkerama dengan guru-guru dengan mie instant hangatnya bertabur irisan cabai rawit. Tak lelah mengajak orang untuk menghadiri pengajian. Tak jemu mengajak orang tua menyekolahkan anaknya di setiap majlis yang didatangi. Tentang kenangan moga diluaskan kuburnya, diberi tempat terbaik di sisi-Nya, aamiin.


Timbal 

Air beriak tanda tak dalam.
Air tenang menghanyutkan.
Air ku dangkal
bertumpuk sampah memenuhi otak
semakin padat otak-otak
berbuih timbal
di minum pun tak
madorat

Boy 
saat aku bertanya, siapa yang menjawab. jawablah pertanyaan ku ini
saat aku berkata, siapa yang sudi mendengar. dengarkanlah kata dan keluhanku.
saat aku sakit, siapa yang memberi obat. berikanlah aku obat agar sakitku sembuh.
saat aku sedih, siapa yang akan mengibur, hiburlah aku agar tak sedih lagi.
saat aku minta, siapa yang sudi memberi, berikanlah yang aku minta.
aku butuh kasih sayang
aku ingin ketenangan
Sebuah catatan Boy

Perjuangan

Berhari menahan sakit, usap punggungnya
Bidan tak, hanya Mak yang tak lagi berprofesi temani
Kota yang mati bagi pemimpi
memeluk erat, wajah pucat pasi 
menghentak, bulir-bulir dingin menempel di dahi 
usah lelap, sabar dan berdo'a lah
dalam kepasrahan berserah
seketika tangis melengking
sendiri ku memotong tali pusat
dengan benang hitam ku ikat
sementara, embun menitik di sudut mata
azan dan iqamat 
menyambut hari baru
Ku dipanggil Bapak


Kenangan 3 

nyeblok kacang rabut di kebon panas poe mandi ku kesang, nikmatna kaubaran ku timbel eusi tongkol asin sambel tarasi. lalab amis kacang rabut tina taneuh keusik sisi manceuri...


Kenangan 4 

Dulu kalo pagi-pagi aye di kasi duit jajan gocap, pake beli bakwan 1 biji jigo, sisanye buat tarohan maen bola di lapangan sepetak 6 lawan 6. kalo menang tuh duit dipake buat beli es teh manis nyang harganye gocap. kalo kalah gigit jari, pulang ke rumah minum sepuasnye. 
Hari Minggu biasanye ke Senayan atau ke MPR, lari pagi. cuman ga PD disangka mo kondangan pake celana biasa, yang laen pada pake trening. 
Laen waktu berenang di Lapangan Tembak, barengan sama temen-temen, cari gratisan ikut rombongan orang laen, kalo lagi untung bisa masuk ke dalem ikut berenang, kalo lagi apes di tarik ama nyang jaga, di jewer. 
Sama juga kalo pas mo honton bioskop di Nirwana, ikut desek-desekan, dah masuk apes dikeluarin lagi, kaga punya karcis.
Kalo lagi iseng pulang lari pagi sambil nyari kepiting bareng-bareng, atau nyari cicek dipanah pake busur tali karet gelang, anak panahnye pake lidi, dipanggang, dimakan. Iiiih…berasa daging ayam.


Pohon Kenangan 

memandang pohon itu teringat kenangan seperti itu diketika akhir kehidupan sempatkan berarti bagi yang kemudian seperti apa kita mengambil jalan
berarti ataukah kesia-siaan


Beku

berawan asap
penuhi ruang
menyesap sesap
hembusan angin malam,
sedingin embun freezer.
beku.
tak mampu cakap
apalagi berpikir.
gerangan cinta buat ku alpa
penuhi tanggung jawab
seorang hamba.


Ikhtiar 

biarkan kepak ini mengembang.
usah risau pelukan duka.
bermandi cahaya matahari,
mencari rezeki.
doakan saja
kembali pulang
memenuhi mimpi-mimpi


Maaf 2 

Lidah yang tak bertulang
berapa banyak lukai perasaan orang. sepertinya remeh,
bekasnya terus dikenang
sepanjang kehidupan.
maafkan
bila lisan ini
menyakiti perasaan

Rindu Lagi
Berdiri aku di tapal batas sunyi
bercengkerama angin gersang
dalam derita dendam ketakberdayaan
membawa cerita tanpa arti
Pulanglah...

Bunga Hati

lembayung pagi
gurat merah selendang dewi
berlatar garis pantai,
senyum khas itu
menyejukkan hati.
derai tawa renyahnya
membungakan hati ini.


Pinta 

Berdiri aku di puncak,
memandang lembah
menyeberang angan
menelusuri setiap jejak
sampai bersisian
dalam dekapnya.
Angan ku di hamparannya,
dalam lambaian nyiur,
deburan ombak pada karang
menyemai doa
menabur asa
menuai bahagia
pinta


Pemeran 

Pemuja peran memeran apa saja
Peduli rasa
Bahagia saja
Sesiapa jua
Dimangsa
Membelit, sesak-sekarat, lahap
Malang nian gemeretak tulang
Kian berontak melayang
Sejenak terbang
Hilang


Merengkuh angin 

merenda asa
bertitian dalam rengkuhan hampa
sepa padi tak berisi.
berlarian mengejar bayang
bertabrakan dengan keadaan.
as roda berderak
sebelum sampai ke tujuan,
limbung tersungkur
mencium kerikil
yang entah kapan diaspal.
ianya pick-up.
darah menggumpal lapisan kulit.
memar.


Just Dream 

imun, bebal merapal
tak satu pun mengena.
membatu
seruncing apa pun seru.
otak berantak.
error menjadi,
gawat darurat.
apa mesti hemodialisa halal?
just dream,
terkungkung aturan takasatmata.
pilu di penghujung senja,
berlari,
sedang titian rambut dibelah tujuh.
Apa jadi?
Kobaran menanti.
Na'uzubillahi min zalik


Pendar Cahaya 

bermula purnama
perlahan kehilangan cahayanya.
malam tak seindah biasanya,
semakin pekat
dalam dekap keramat.
nyanyian rindu
berganti sayatan pilu,
semakin kelu
memantra kata i miss you.
binar itu nanar
sesayup sampai,
bilur itu tak tampak
semakin mengerak minyak.
semakin miring ke kiri,
sedang jurang
beberapa inci lagi.



SERAPAH KUBUR

Malam Jum'at lalu sempat ku menjenguk mu
Hampa tak ada yang bisa ku bawa
Selain nyanyian penghimpit kubur
gemeretak tubuh ku yang lebur
hancur
Tingkah mu menambah siksa ku
payah ku dulu mengongkosi mu
Tanah. darah air mata demi bahagia mu
percuma
salah ku memang terlalu memanja mu
pendidikan agama sekedar kau yang belajar
kau kering teladan
aku sendiri larut dalam kesibukan
Madrasah aku paling anti
demi gengsi dan harga diri
padahal kalau tahu begini
puas harta ku habis untuk guru-guru agama mu
puas harta ku habis untuk guru-guru sekolah mu
yang demi kau rela bertapa
yang demi kau rela puasa


Takdir

Datang dan pergi silih berganti.
ada saat kala lelah melanda,
semua berpulang pada diri kita.
Cinta dan rindu mengharu,
walau jauh di mata
tetapi dekat di hati.