Senin, 07 Maret 2016

SENJA GAIRAH

SENJA GAIRAH
OLEH: ADIYA LAMBADA ISWARA

SEBUAH CATATAN TENTANG RINDU, PERSAHABATAN, DAN KESEHARIAN

Bogor 2016

PRAKATA
Hidup, hidup lah hati dekat pada Ilahi
Rengkuh-rengkuh lah hari dengan terus berbakti
Masa yang terus berlalu moga dapat dilalui dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang hamba. Semoga kita semua senantiasa ada dalam ridho’-Nya
Sebuah catatan keseharian dalam akun media sosial facebook tentang rindu, persahabatan dan keseharian dituangkan dalam buku kecil ini. Semoga dari catatan ini ada hikmah yang dapat dipetik, minimal ada rekaman curahan hati seseorang yang bernama Adiya Lambada Iswara, rasa yang tak biasa.








Rumah tempat kita bernaung
Pelepas penat tempat kita berlindung
Tempat tawa anak kita
Sesekali linangan air mata
Rumah kita dulu berdinding anyaman bambu
Berlantai tanah lembab karena disiram selalu
Angin menyelusup lewat celah-celah dinding
 Ingin selalu dipeluk  sedapat pecah-belah dingin
Akh…
Teras depan rumah kita tempat biasa anak mengaji
Anak-anak tetangga kita yang sudah besar kini

Di balai amben belajar alif, ba, ta
Di balai amben mengajar semampu bisa kita
Salat pun ingin selalu bersama
Sedapat waktu yang kita punya
Walau terkadang merasa kuatir
Amben yang goyang ketar-ketir
Pernah satu malam anak tak ada di sisi kita
Mencari kesana-kemari penuh tanda tanya
Ternyata jatuh ke tanah buat kita bertatap mata
Untung bukan ubin keramik tanah derai tawa kita
Malam kadang kau tak tertidur lelap
Dengarkan irama mesin tik tua berdetap
Gandaran yang bolak-balik memindah spasi
Suarakan ketak-ketik memecah sunyi







Tentang Pantun
Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut harus teliti

Dulu Loyang sekarang besi
Dulu sayang sekarang ingin tambah lagi

Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang keterusan
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang tunggu warisan

Berburu ke padang datar
banyak rusa belang kaki
Berguru tak ada yang ngajar
banyak siswa hilang sendiri

Banyak jalan menuju ke kota
Sayang disayang jalannya tidak selalu rata
Banyak bantuan mestinya sejahtera
Sayang disayang potongannya selalu saja

Beli semen merek kuaci
Dipasangkan di titian kaki
Belum seminggu diperbaiki
Titian sudah rusak lagi

Beringsut raih prestasi
Untuk menggapai citra diri
Halal-haram tidak perduli
Yang penting bisa jadi sendiri

Naik turun seperti pompa
Sudah naik tak mau turun pula
Begitu lah ada nya
Ibu – ibu bingung belanja apa

Pendaringan berbunyi nyaring
Tanda isi kosong melengking
Sawah tiada padi pun tak jumpa
Apalah daya esok makan apa

Sekolah gratis itu katanya
Tidaklah gratis untuk jajannya
Usah Tanya di ajar apa
Gratis itu terima apa adanya

Sekolah berlomba perbanyak siswa
Supaya sejahtera pengelolanya
Urusan bisa itu nomor dua
Kelas sesak tak mengapa

Bangku panjang tiga dan empat
Adu siku berapat-rapat
Bapak ibu guru berserak-serak
Menghalau anak bersorak-sorak

pandai anak bertelepon genggam
bbm, fb sudah makanan
situs tak patut jadi idaman
bergelak-gelak bersama teman


anak pandai berlaku peran
meniru-niru banyak adegan
tontonan yang menyesatkan
buahnya diambil kemudian

elu gue itu biasa
bahasa baku entah kemana
usah ditanya budi mulia
sebisa tahu sudah lah saja

masalah itu sudah biasa
solusinya tergantung kepala
bila isinya kotor semua
hasilnya pun bisa di terka



Berkaca
Mengaca pada cinta
Yang tak hirau dirinya
Untuk bahagia temannya
Sama mengganjal perut dengan kerikil
Sama berpeluh keringat tak terikat sekat
Pada cinta rela berkorban nyawa
Demi teman
Tempat berbagi suka dan duka
Dalam bingkai agama
Gapai  ridho Tuhannya


Asmara
Asmaraaaa...
kini tlah menyakitkan ku.
Hingga ku terjatuh
sakit nya menusuk jantungku...

kata-kata semanis madu
buat ku larut dalam buainya
kenapa kau sirna
disaat ku membutuhkanmu

Asmaraaa…
Di mana sejati mu
Kasih sayang penuh cinta
Insan dunia


In the onely

Everytime in mymind
Only you
In the onely
I hope you in here, with me
Coz I can’t stop loving you
I don’t know when be finished
Moon in the darkness
Closed of by black cloud
Twilight in the tip quiet limit
I am still here
Waiting you
So why you are not coming
For me
For everything


Gadis Kecil itu

Duduk menelungkup di tengah riang canda
mengenang abah yang telah tiada.
Kenapa, Nak…duduk di samping gadis kecil itu,
lembut mengusap telapak tangan kecilnya ,
selembut kapas.
Mereka riang berhari raya,
berpakaian baru,
jajan yang mereka suka.
Tangan kecilnya menggaris-garis tanah.
Kemana ayah mu, Nak…
jernih suara itu membelai rambutnya.
Abah tiada gugur di medan laga,
jihad fi sabilillah.
Tak punya baju baru,
tak juga uang saku untuk beli sesuatu.
Nak, mau kah aku menjadi pengganti ayah mu,
Khodijah ibu mu,
dan Fatimah saudara mu.
Mengusap air mata yang mulai mengering
Tak menyana apa yang didengarnya
Memeluk tubuh wangi itu
Terima kasih
Riang bersuka
Berlari dari pintu rumah itu
Berpakaian baru
Uang saku untuk beli sesuatu
Membuat iri teman-temannya


Andai bisa seberuntung gadis kecil itu
Allah, rahmat kasih-sayang-Mu untuk hati yang selalu memikirkan keadaan umatnya.


Gadis Remaja

Gadis remaja bak kuntum bunga
mekar di padang luas
diantara rumpun ilalang
mengembang menantang matahari
kuntum bunga menyerbak sejuta aroma
bersama hembusan angin
menerpa buana..
wanginya menyusuri lembah mendaki bukit
menyelam kedasar sungai yang dalam..

lalu kumbang datang seiring sinar mentari,
terbang berputar diantara bunga-bunga..
lalu tunduk dan hinggap dikelopaknya.
Semilir angin sejenak mengamati

Takdir pertemukan kumbang dan bunga
Saling berbagi
Menyesap madu bunga
Tetap menunggu walau senja beranjak

Dan kumbang pun bersedia mati bersama sang bunga...
Yang kelak melahirkan bunga-bunga baru


Sebuah Buku tulis

Terima kasih bu, buku tulis yang kemarin ibu beri
Ku isi penuh ilmu bekal hidup ku
Setiap kata setiap nasihat terekam jelas
Masuk ke dalam hati dan ingatan ku
Pandai membawa diri
Mencari teman
Jangan tinggi hati
Berbakti
Pada ibu bapak
Terima kasih untuk buku tulisnya
Yang masih ku kenang
Dan kelak kuceritakan kepada anak didik ku kelak
Ibu guru ku


Senja Harap

Senja di ujung harap
Berdua
Usung cita bahagia
Tetap
Menggamit erat

Tentang Kawan
merindukan mu kawan
yang tak lepas bacaan
kala subuh menjelang
rindu jalan-jalan
kini pulang keharibaan
moga berlabuh tenang
Saturday, February 11, 2012, 10:38:00 AM

Tentang belahan hati

bening mata bola kaca
kukecup mesra
maaf kupinta
tak sempurna
salat itu pintanya
selainnya
jangan main mata
bahaya
  
Rindu Randu
Pohon Randu di belakang kebun
sepi sendiri
dengan ranting tak berdaun
'lah lama kapas tak lagi bisa di tuai
Randu yang malang
sunyi sendiri
berteman angin gersang
Randu malang
rindu rindang daun
rindu kapas-kapas yang berguguran


Hati yang patah

Menghentak
tersentak
retak.
Hati yang patah,
lelah,
terbelah.
Kasih itu jadi buih,
semakin liar,
membakar akar,
bergetar.
Mengunci diri,
pucat pasi,
menyisi.

Wajah Lukisan 

Ada rasa merasa
rasa yang tak biasa
menyeruak begitu saja
ghirahkan asa
pada rona wajah yang dulu begitu dipuja semampu daya.
Ada begitu banyak kata
lukiskan keindahannya
sampai tak kuasa
pejamkan mata memandanginya.
pada rona wajah lukisan keindahan
habis umurku hànya sekedar memandangi mu. Menggantang asap,
seperti aspal jalan yang diperbaiki selang waktu rusak lagi,
seperti kehilangan karena ketakpedulian membangun jalan.
Poster yang terpajang diam-diam ku turunkan. "Ssssst... jangan bilang-bilang, nanti ketahuan." mengutip bang Ipul.


Kekasih 

Menemani terang memandang malam
Memandang mu dari kejauhan usai ku jelang
Apa kabar kesendirian semakin ku kesepian
Kapankah sua kembali di keabadian
Kembara yang lalu sesaat pergi pulang keharibaan
Rindu berpagut lembut
Berselimut
Larut
Ali-101915at952pm


Ketika ajal menjelang

Tanda itu masih lekat,
seketika pandang menjadi jauh.
sejengkal pangkal tenggorok
yang dulu berpayah diisi
menolak
tak hendak.
hanya ingin dekap
seusap kelopak.

Mimpi

Bincangkan hari
tentang mimpi,
adakah pasti.
Melucuti nalar
kaca yang berembun.
Semakin tak jelas bayang.
Coba kuusap,
kian kabur.
Pada warna yang kian pudar,
memendar,
terberai.
Duduk termangu
membisu.
Ruang yang terbuka dulu,
menutup perlahan.
Sisakan perih hati ini.


Rindu 

malam ku malang
melayang-layang
di nina bobo kan bayang 
bayang mengawang
hilang dibalik awan hitam
mengelam kelam
sisakan kenangan
kerinduan
ketenangan peraduan
sepenuh rindu
sewindu tak temu
meramu satu
pintaku
beri aku waktu


Rindu 2

Rindu ini untuk siapa,
mengharu biru.
Seberpisah jarak Adam a.s dan Hawa sebelum jumpa di 'Arafah.
Semerindu Ya'kub a.s. kehilangan buah hati kesayangan.
Ahh, ternyata ...
degub ini ada lagi.
Bergemuruh menghantam beku kreatifitas. Moga positif


Harapan

Gemericik air
turuni lembah
semilir angin
sibak dedaunan
merdu solawat
diperdengarkan
indah ...
usia muda harapan
semoga

Bila Nyata

mimpi terindah
bilakah,
sepenggal kenangan silam
mengulang
memenuhi ruang-ruang hati
yang sebentar padam,
merenda asa baru
penuh warna
penuh sukacita,
beriring bersisian
meraih ridho'-Nya.


Ego

buka mata
hati mengunci
empati pergi
cari suka sendiri
peduli lama mati
siapa,
kenapa,
bagaimana,
itu-ini
sampai bangkai
tanah kembali
apa,
kapan
tak arti lagi
sesal semenyesal yang telah pergi
tak sempat merapat Zat yang Mahatinggi. Andai
kata yang di suka si pemangsa
jadi biasa
jauh menjauh sejauh ufuq
mereguk sepenuh teguk

mabuk
telungkup
redup
tutup

Kasmaran 

ada dekat
mendekap erat
melajah bayang
mengenang silam
kasmaran
tak jua kesudahan
membubung tinggi,
terhempas di landasan.
seperih diiris sembilu.

Tentang Tanah Ini

kukabarkan padamu tentang tanah ini
yang dipapas ketinggiannya,
yang dikeruk kedalamannya,
yang tak pernah mulus jalannya
meninggalkan debu kala kemarau
dan kubangan sawah kala penghujan.
kukabarkan tanah kosong sebentar rumah deret berpenghuni pendatang dengan segala hingar-bingarnya
menyisakan pojok-pojok ruang terpinggirkan pribumi.
kukabarkan tanah ini
yang bersekat-sekat tak ada lagi ruang bergerak,
sementara sawah ladang mungkin bisa digarap
sampai tuan berdasi mengambilnya.
Adakah hari bisa lebih baik untuk tanah ini


Mendung diujung tangis 2003

Duduk lusuh di trotoar persimpangan
ditemani anak semata wayang
memandangi orang lalu lalang
pergi pulang berkendaraan.
Selang waktu
melihat-lihat toko
banyak berjejer
sepeda baru. 

"Pak, pengen sepeda itu, yang roda tiga,"
rajuk anakku. 

"Nak nanti saja, kalau Bapak ada rezeki."
galau ku menerawang
tempelkan embun
di sudut mata.

Berumah Bara 

rumah tangga kita penuh intrik penuh tipu
beli cabai kau kata bawang
beli asin kau kata daging
ada bukti 
kuitansi
rumah tangga kita seperti api dalam sekam
menjalar membakar norma
peduli setan halal-haram
asal sesuai
catatan awal bulan
saling bisu
tutup mata tutup telinga
angka-angka rekayasa
menjelma digjaya
alibi 123
orasi bijak bahasa awan
untuk sebuah pembenaran
rumah tangga kita penuh intrik penuh tipu
seperti api dalam sekam
apa kabar BOS

Kenangan Silam

masa kecil masa yang indah.
tawa canda berderai tanpa batas,
sedih senang tak pernah dipikir.
mengalir seperti air.
ada permusuhan
cukup diselesaikan
dengan saling mengaitkan jari kelingking, simpel ga ribet.
kembali bermain perang-perangan
dengan pistol mainan berbahan papan bekas peti,
dar..der..dor
di rerimbunan pohon tebu pinggir kali.
sesekali seperti Zorro
main pedang-pedangan
dari bilah bambu menyerupai anggar
dengan pengaman sandal jepit bekas,
tak...tek...tok saling beradu
dengan sasaran paha ke bawah.
pertama yang terkena, dia yang kalah.
Aku jarang tidur siang,

menyelinap dari balik jendela papan berjeruji berdinding papan
untuk kembali bermain
bersama teman-teman.
Nakalnya...


Pagi ini 
pagi ini
mentari menunggang kabut
pilu menabung dosa rindu amanat
seterang baterai usang
kegagahan dan wibawa khayal belaka
merenda andai dan bagaimana
pagi ini
sarapan belum lagi usai
batu yang kita makan
merusak alat mekanik dan pencernaan
kita tua sebelum waktunya
bak buah dikarbit
manis hilang berganti kecut
pagi ini
kuingatkan tugas mendidik anak
yang lahir dari rahim keramat
andai kau lelap
bagaimana bisa afiat
carilah ilmu walau penat
pagi ini
seiring fajar dini
syukur ku pada Ilahi
masih diberi

Balada Otong Sunat
Ketika Otong mencret-mencret dan kekurangan cairan tubuh
Mak nya bingung harus bagaimana
berulang kali dukun ditanya
bagaimana Otong bisa sembuh
jawab sang dukun tetap sama
sunat aja Si Otong
kalau disunat Otong takut setengah mati
sang dukun tidak bergeming
kalau mau sembuh harus disunat
tibalah sunatan Si Otong
diarak keliling kampung menaiki kuda putih
banyak orang berdecak kagum
Otong yang lemah gagah di atas kuda putih
tetapi muka Otong pucat muram
dia terjatuh dari kudanya
Dukun penipu
Dukun laknat
ramalanmu palsu
Aku tidak terima
kembalikan anakku, kembalikan
Sang dukun lari terkencing-kencing
aku tidak salah
kenapa kamu mau saja
Otong terbaring di bawah pohon kamboja
tak bisa bicara dan candanya pun telah hilang
orang hanya bisa mengenang
Otong dulu pernah hidup di dunia

Tersesat

merenangi dunia luas
dunia maya aneka rupa
sebegitu deras aliran nya
sampai tak bisa apa-apa
terombang-ambing ombak yang pasang
semakin ketengah tak tahu jalan pulang
papan pegangan sudah mulai pecah berserak
menyisakan puing-puing penuh retak
berderak tak ada tempat tuk dipijak
mengais-ngais kepayahan
meraih pegangan
tenggelam

Tentang Meraih Cita
sederhana,
seperti itu.
liwet dengan ikan asin,
sambal terasi di cobek batok,
dan lalap daun kopi.
mengikat kencang tali pinggang
demi sebuah cita.
koin satu-satu masuk ke dalam tabung bambu
sekedar jaga-jaga,
kalau-kalau kiriman selisih masa.
Ya muqollibal quluub. tsabbit qolbi 'ala diinik,
kenangan yang tetap terpatri
wejangan Ma haji.

at Pasir Jengkol'94 when we fight for a better life.


Pada akhirnya

air mengalir ke laut juga.
anugerah yang sia-sia
ketika tak ada
yang menyerapnya.
kembali seperti itu,
sebuah siklus
yang terkadang kita alfa.
seperti waktu,
seperti ilmu,
seperti jabatan,
seperti harta,
bila ia didapat
dan kemana dimanfaat.


Untuk Guru 

walau tak dikata
cinta hadir dari sejuk bola mata
untuk kebahagiaan ku.
segala bisa kau curah,
segala mampu kau tempuh
kelak ku berguna.
salam ta'zim kami guru...


Cinta berakar 

masih cinta yang sama
yang kutawarkan kepada mu

masih rindu yang sama
yang kutawarkan kepada mu
selalu begitu
sampai akhir nafas hidupku


Saung Kenangan

Saung tengah empang tempat dulu biasa kita melepaskan lelah setelah seharian mengajar, nikmati kebersamaan dalam bingkai persahabatan. Memancing Nila, sambil kongkow di amben bambu saung ini, menghadap ke arah matahari terbenam ditemani Mercy FM sepanjang sore, malam hingga pagi dan terkadang nakal pindah memancing ke empang tetangga. Ketika malam hari tiba pada masa bulan tanggal, mencari belut di sawah-sawah yang belum ditanami padi dengan petromaks, sebilah parang dan ember hitam. Belut ditetak dengan punggung parang, dimasukkan ke dalam ember. Menggorengnya dan disajikan dengan nasi gonjleng. Sedaap. Pada hari-hari libur biasa kita keliling kampung dengan senapan angin berburu tupai, biasanya aku kebagian peran sebagai anjing yang mengejar buruan dengan kawan-kawan lainnya. Setelah lelah mampir di rumah orang yang punya anak gadis, kali-kali ada jodoh. Apa kabar kawan yang dahulu sering mengirimkan makanan ke saung ini dengan rantang di tangan ketika ku sedang merajuk. Apa kabar kawan tempat kita biasa berhutang berbungkus-bungkus pengasap ketika kartu bayaran anak tak kunjung didapat. Apa kabar teman yang dulu biasa

mengumpulkan puntung bekas jamaah pengajian, diracik ulang dengan bungkus dalamnya, menciptakan formula rasa baru berbagai merek. Apa kabar sahabat yang untuk menghindari gigitan nyamuk rela berhelm-ria kepanasan. Apa kabar kawan telapak tangan yang halus ini menjadi kapalan menepuk pantat rantang demi bisa memukul rebana. Semoga, walau pun jauh di mata, tetapi hati-hati kita saling merindu. Saung ini menjadi saksi berlalunya waktu menciptakan memori dalam lubuk hatiku. Angereman 1998-2000


Kau

kau cinta ku rindu ku pada mu
kau selalu mengisi nafas ku
kau...
kau...
kau cinta ku rindu ku
kau mengisi nafas ku
pegang erat jangan lepas lagi
genggam lekat jangan pernah pergi







Deadline

bercumbu dengan waktu
meguras tenaga dan pikiran
sungguh nikmat
seperti bulan madu pertama
ditengah gerimis
di bawah tenda
kaki langit.
Sumringah



Kerja 

Sendiri itu indah,
apalagi ditemenin
lebih indah.
makin indah saja
kalo banyak yang nemenin.
Berbaik-baik lah dengan kawan
usah merasa bisa segala.
pada akhirnya
kita pun akan ke muara juga.



Gombal 

berkedip genit
melirik-lirik
mengintip-intip
menelisik
bisik
asyik
bercakap-cakap
merecap
menebak-nebak
menyemak
dekap
hap
tangkap
sekap
babat
santap
lahap

Ruang Sepi 
Ruang arca kita
semakin disorot
penuh debu.
Tak lagi kita dapat menghirup udara segar.
Semuanya telah masuk ke jantung dan otak
tanpa kita dapat berbuat apa-apa.
Dan para tetangga pun
tidak akan pernah perduli
tentang kita
karena mereka pun sibuk
dengan urusannya
yang terus memburu dunia.


Menunggu harap

lelah menunggu
batas waktu tak berujung
terkadang lenyap begitu saja
seperti kapas tertiup angin


Salam Rindu

sederhana cermin pribadimu
pandanganmu menyejukkan kalbu
bayanganmu tetap mengganggu tidurku
pujaanku terimalah salam rinduku
bila masa telah tiba
sang kumbang menyerbuk bunga
hati riang tak tertahan
kicau burung bersiulan
alam berbahagia
suka cita penuh warna
kasih-sayang peraduan
tetap sayang usah lepaskan

Tentang dunia 

bermain di air basahlah tubuh
bermain di api panaslah badan
bermain permainan langkah demi langkah
langkah bidak dalam permainan catur
sudah melangkah
hitungan matematika yang bicara


Hidup Berkah 

kemana hendak dicari
sedang senyum mu tak ada lagi.
gugur bunga mu menjadi berkah.
buah mu senangkan orang yang lalu.
cinta mu tak pilih kasih.
cinta ku mengharu biru.


Mencari Kekasih

mencari kekasih
mengarungi samudera luas kehidupan
tak jua sua
pendamping sejati dalam suka dan duka
seribu wanita hitam putih aneka warna
'lah kucoba hampiri
hanya tamparan-tamparan kegagalan 
memenuhi wajah pucat pasi
Rabb, jauhkanlah benci dan dendam kesumat dalam diri
petunjuk hikmat-Mu dalam setiap kegagalan
moga dapat memenuhi hati ini
sedikit demi sedikit
menyingkap rahasia kebesaran-Mu
bersama waktu yang berlalu
Rabb, mogalah saling memberi dan menerima cinta karena-Mu
keredho'an-Mu dalam setiap langkah hidupku
perjalanan hitam hari kemarin
dalam petunjuk nur-Mu hari ini
moga kulalui hari esok dengan penuh pengabdian pada-Mu
menyingkirkan segala gelap
yang merintangi jalan yang hak
Aamiin
Pabuaran, 18 April 1998

Pencari Ilmu 
sebegitunya cari
jarak tak menghalangi
ditempuh berjalan kaki
tuk bisa mengaji
berkilo jalan ditempuh
keliling kampung berjauh-jauh
berpayung hitam berpeluh
membagi ilmu orang yang butuh
susah payah bangun rumah ibadah
cari ilmu berpayah-payah
ilmu wudu ilmu salat, 
ibadah mahdoh goir mahdoh 
dihafal semampu bisa
dijalankan semampu daya
padaku kau keinginan
seperti itu cerita zaman

Guru 2 
kenapa ada kasta untuk guru yang berjasa
semua terkotak dalam sekat sekarat berat
samabaju tidaksama isisaku
mengharubiru khotbah didepan anakdidikmu
ceritakansusah mencariilmu
merekamanggutmanggutngantuk
peduliapaperasaan
tugaskuhanyamengajarkan
toh ada ibu-bapaknya
si anak bingung ibu-bapaknya sibuk semua
sekolah untuk main-main saja
besar anak ditelevisi
besar anak dipenyewaan ps
besar anak dimanasempat
Apa kabar Indonesia 2045

Biasa Saja

siapa yang memberi rasa aman?
kenapa lena?
seperti satu tubuh mati rasa.
tangan terluka biasa saja.


Tentang Hari lena 

karena langkah pastikan tujuan.
langkah gontai kemana arah tujuan.
berleha lena ikuti tapak jempol kaki.
padahal akhir itu sudah pasti.
tentang dunia yang kita di dalamnya


Andai dan Bagaimana

meronta, tak.
nikmati cumbunya,
terkesiap.
jauh langkah tertinggal,
terjungkal.
memaksa harap,
sekarat.
cerita usang andai dan bagaimana,
menetak.

Kelewat Mimpi 

impian ini lampaui batas,
seberangi lautan lepas
tanpa tahu pelabuhannya.
masuk ke api nya
buat ku mabuk.


Tak sebegitunya Cinta

tak seperti buat seribu candi untuk jadi
tak seperti buat perahu dengan bendung citarum untuk pasti
padanya dia ada
walau tak sebegitunya cinta

Renda Asa

lama tak sua.
apa kabar teman cita.
maaf kupinta
tak sempurna.
hari indah bersama
bergelut dengan rumus dan angka.
moga cita bahagia
pada asa yang tertunda.


Tak bisa sembunyi

dinding ini masih kaca
tembus ke dalam nya
sampai ke jiwa.
tak bisa ku sembunyikan
dalam nya rasa
pada dia
yang buat ku bahagia.


Pilihan

menelusuri jejak.
langkah terhenti di persimpangan.
antara lanjut dan sekarat.
sebegitunya cinta...



Rindu berat 

Di sebaris asa
ada ruang rindu yang menggayut

Menyusup lembut
dalam dekap yang mengkarut

Selaksa bayang yang berkabut

Berharap merenggut
lembut


Maaf 

maaf ku telah menyakiti perasaanmu.
dalam diam mu kutahu
kau merasa tersiksa.
apalah dayaku
hanya bisa berkata
tak mampu berbuat apa-apa.
doa yang selalu kupanjatkan,
semoga kau baik-baik saja.


Fokus 

masuk kedalamnya
bercengkerama dalam imajinasi,
fokus.
tak hirau sekeliling
menghantar tawa,
bahagia,
sedih,
kecewa,
rasa segala bisa,
peduli apa.
bilakah salat senikmat nonton tv...


Kepercayaan 

berumah di atas rawa
butuh fondasi yang kuat,
tiang pancang yang menembus cadasnya.
bila tak,
sia-sia saja.
menghabiskan waktu dan tenaga.


Kenangan 2 

sayup suara pengeras suara jelang subuh usai lelap malam
"Trong kohkol morongkol, dur bedug meneran simut, di adanan teu daek hudang...!" masih terngiang. Selalu menolong selagi bisa, memberi pinjaman atau mencarikan pinjaman. bercengkerama dengan guru-guru dengan mie instant hangatnya bertabur irisan cabai rawit. Tak lelah mengajak orang untuk menghadiri pengajian. Tak jemu mengajak orang tua menyekolahkan anaknya di setiap majlis yang didatangi. Tentang kenangan moga diluaskan kuburnya, diberi tempat terbaik di sisi-Nya, aamiin.


Timbal 

Air beriak tanda tak dalam.
Air tenang menghanyutkan.
Air ku dangkal
bertumpuk sampah memenuhi otak
semakin padat otak-otak
berbuih timbal
di minum pun tak
madorat

Boy 
saat aku bertanya, siapa yang menjawab. jawablah pertanyaan ku ini
saat aku berkata, siapa yang sudi mendengar. dengarkanlah kata dan keluhanku.
saat aku sakit, siapa yang memberi obat. berikanlah aku obat agar sakitku sembuh.
saat aku sedih, siapa yang akan mengibur, hiburlah aku agar tak sedih lagi.
saat aku minta, siapa yang sudi memberi, berikanlah yang aku minta.
aku butuh kasih sayang
aku ingin ketenangan
Sebuah catatan Boy

Perjuangan

Berhari menahan sakit, usap punggungnya
Bidan tak, hanya Mak yang tak lagi berprofesi temani
Kota yang mati bagi pemimpi
memeluk erat, wajah pucat pasi 
menghentak, bulir-bulir dingin menempel di dahi 
usah lelap, sabar dan berdo'a lah
dalam kepasrahan berserah
seketika tangis melengking
sendiri ku memotong tali pusat
dengan benang hitam ku ikat
sementara, embun menitik di sudut mata
azan dan iqamat 
menyambut hari baru
Ku dipanggil Bapak


Kenangan 3 

nyeblok kacang rabut di kebon panas poe mandi ku kesang, nikmatna kaubaran ku timbel eusi tongkol asin sambel tarasi. lalab amis kacang rabut tina taneuh keusik sisi manceuri...


Kenangan 4 

Dulu kalo pagi-pagi aye di kasi duit jajan gocap, pake beli bakwan 1 biji jigo, sisanye buat tarohan maen bola di lapangan sepetak 6 lawan 6. kalo menang tuh duit dipake buat beli es teh manis nyang harganye gocap. kalo kalah gigit jari, pulang ke rumah minum sepuasnye. 
Hari Minggu biasanye ke Senayan atau ke MPR, lari pagi. cuman ga PD disangka mo kondangan pake celana biasa, yang laen pada pake trening. 
Laen waktu berenang di Lapangan Tembak, barengan sama temen-temen, cari gratisan ikut rombongan orang laen, kalo lagi untung bisa masuk ke dalem ikut berenang, kalo lagi apes di tarik ama nyang jaga, di jewer. 
Sama juga kalo pas mo honton bioskop di Nirwana, ikut desek-desekan, dah masuk apes dikeluarin lagi, kaga punya karcis.
Kalo lagi iseng pulang lari pagi sambil nyari kepiting bareng-bareng, atau nyari cicek dipanah pake busur tali karet gelang, anak panahnye pake lidi, dipanggang, dimakan. Iiiih…berasa daging ayam.


Pohon Kenangan 

memandang pohon itu teringat kenangan seperti itu diketika akhir kehidupan sempatkan berarti bagi yang kemudian seperti apa kita mengambil jalan
berarti ataukah kesia-siaan


Beku

berawan asap
penuhi ruang
menyesap sesap
hembusan angin malam,
sedingin embun freezer.
beku.
tak mampu cakap
apalagi berpikir.
gerangan cinta buat ku alpa
penuhi tanggung jawab
seorang hamba.


Ikhtiar 

biarkan kepak ini mengembang.
usah risau pelukan duka.
bermandi cahaya matahari,
mencari rezeki.
doakan saja
kembali pulang
memenuhi mimpi-mimpi


Maaf 2 

Lidah yang tak bertulang
berapa banyak lukai perasaan orang. sepertinya remeh,
bekasnya terus dikenang
sepanjang kehidupan.
maafkan
bila lisan ini
menyakiti perasaan

Rindu Lagi
Berdiri aku di tapal batas sunyi
bercengkerama angin gersang
dalam derita dendam ketakberdayaan
membawa cerita tanpa arti
Pulanglah...

Bunga Hati

lembayung pagi
gurat merah selendang dewi
berlatar garis pantai,
senyum khas itu
menyejukkan hati.
derai tawa renyahnya
membungakan hati ini.


Pinta 

Berdiri aku di puncak,
memandang lembah
menyeberang angan
menelusuri setiap jejak
sampai bersisian
dalam dekapnya.
Angan ku di hamparannya,
dalam lambaian nyiur,
deburan ombak pada karang
menyemai doa
menabur asa
menuai bahagia
pinta


Pemeran 

Pemuja peran memeran apa saja
Peduli rasa
Bahagia saja
Sesiapa jua
Dimangsa
Membelit, sesak-sekarat, lahap
Malang nian gemeretak tulang
Kian berontak melayang
Sejenak terbang
Hilang


Merengkuh angin 

merenda asa
bertitian dalam rengkuhan hampa
sepa padi tak berisi.
berlarian mengejar bayang
bertabrakan dengan keadaan.
as roda berderak
sebelum sampai ke tujuan,
limbung tersungkur
mencium kerikil
yang entah kapan diaspal.
ianya pick-up.
darah menggumpal lapisan kulit.
memar.


Just Dream 

imun, bebal merapal
tak satu pun mengena.
membatu
seruncing apa pun seru.
otak berantak.
error menjadi,
gawat darurat.
apa mesti hemodialisa halal?
just dream,
terkungkung aturan takasatmata.
pilu di penghujung senja,
berlari,
sedang titian rambut dibelah tujuh.
Apa jadi?
Kobaran menanti.
Na'uzubillahi min zalik


Pendar Cahaya 

bermula purnama
perlahan kehilangan cahayanya.
malam tak seindah biasanya,
semakin pekat
dalam dekap keramat.
nyanyian rindu
berganti sayatan pilu,
semakin kelu
memantra kata i miss you.
binar itu nanar
sesayup sampai,
bilur itu tak tampak
semakin mengerak minyak.
semakin miring ke kiri,
sedang jurang
beberapa inci lagi.



SERAPAH KUBUR

Malam Jum'at lalu sempat ku menjenguk mu
Hampa tak ada yang bisa ku bawa
Selain nyanyian penghimpit kubur
gemeretak tubuh ku yang lebur
hancur
Tingkah mu menambah siksa ku
payah ku dulu mengongkosi mu
Tanah. darah air mata demi bahagia mu
percuma
salah ku memang terlalu memanja mu
pendidikan agama sekedar kau yang belajar
kau kering teladan
aku sendiri larut dalam kesibukan
Madrasah aku paling anti
demi gengsi dan harga diri
padahal kalau tahu begini
puas harta ku habis untuk guru-guru agama mu
puas harta ku habis untuk guru-guru sekolah mu
yang demi kau rela bertapa
yang demi kau rela puasa


Takdir

Datang dan pergi silih berganti.
ada saat kala lelah melanda,
semua berpulang pada diri kita.
Cinta dan rindu mengharu,
walau jauh di mata
tetapi dekat di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar