SENJA GAIRAH
OLEH: ADIYA
LAMBADA ISWARA
SEBUAH CATATAN
TENTANG RINDU, PERSAHABATAN, DAN KESEHARIAN
Bogor 2016
PRAKATA
Hidup, hidup lah hati dekat pada Ilahi
Rengkuh-rengkuh lah hari dengan terus berbakti
Masa yang terus berlalu moga dapat dilalui dengan penuh tanggung
jawab sebagai seorang hamba. Semoga kita semua senantiasa ada dalam ridho’-Nya
Sebuah catatan keseharian dalam akun media sosial facebook tentang
rindu, persahabatan dan keseharian dituangkan dalam buku kecil ini. Semoga dari
catatan ini ada hikmah yang dapat dipetik, minimal ada rekaman curahan hati
seseorang yang bernama Adiya Lambada Iswara, rasa yang tak biasa.
Rumah tempat kita bernaung
Pelepas penat tempat kita berlindung
Tempat tawa anak kita
Sesekali linangan air mata
Rumah kita dulu berdinding anyaman bambu
Berlantai tanah lembab karena disiram selalu
Angin menyelusup lewat celah-celah dinding
Ingin selalu
dipeluk sedapat pecah-belah dingin
Akh…
Teras depan rumah kita tempat biasa anak mengaji
Anak-anak tetangga kita yang sudah besar kini
Di balai amben belajar alif, ba, ta
Di balai amben mengajar semampu bisa kita
Salat pun ingin selalu bersama
Sedapat waktu yang kita punya
Walau terkadang merasa kuatir
Amben yang goyang ketar-ketir
Pernah satu malam anak tak ada di sisi kita
Mencari kesana-kemari penuh tanda tanya
Ternyata jatuh ke tanah buat kita bertatap mata
Untung bukan ubin keramik tanah derai tawa kita
Malam kadang kau tak tertidur lelap
Dengarkan irama mesin tik tua berdetap
Gandaran yang bolak-balik memindah spasi
Suarakan ketak-ketik memecah sunyi
Tentang Pantun
Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut harus teliti
Dulu Loyang sekarang besi
Dulu sayang sekarang ingin tambah lagi
Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang keterusan
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang tunggu warisan
Berburu ke padang datar
banyak rusa belang kaki
Berguru tak ada yang ngajar
banyak siswa hilang sendiri
Banyak jalan menuju ke kota
Sayang disayang jalannya tidak selalu rata
Banyak bantuan mestinya sejahtera
Sayang disayang potongannya selalu saja
Beli semen merek kuaci
Dipasangkan di titian kaki
Belum seminggu diperbaiki
Titian sudah rusak lagi
Beringsut raih prestasi
Untuk menggapai citra diri
Halal-haram tidak perduli
Yang penting bisa jadi sendiri
Naik turun seperti pompa
Sudah naik tak mau turun pula
Begitu lah ada nya
Ibu – ibu bingung belanja apa
Pendaringan berbunyi nyaring
Tanda isi kosong melengking
Sawah tiada padi pun tak jumpa
Apalah daya esok makan apa
Sekolah gratis itu katanya
Tidaklah gratis untuk jajannya
Usah Tanya di ajar apa
Gratis itu terima apa adanya
Sekolah berlomba perbanyak siswa
Supaya sejahtera pengelolanya
Urusan bisa itu nomor dua
Kelas sesak tak mengapa
Bangku panjang tiga dan empat
Adu siku berapat-rapat
Bapak ibu guru berserak-serak
Menghalau anak bersorak-sorak
pandai anak bertelepon genggam
bbm, fb sudah makanan
situs tak patut jadi idaman
bergelak-gelak bersama teman
anak pandai berlaku peran
meniru-niru banyak adegan
tontonan yang menyesatkan
buahnya diambil kemudian
elu gue itu biasa
bahasa baku entah kemana
usah ditanya budi mulia
sebisa tahu sudah lah saja
masalah itu sudah biasa
solusinya tergantung kepala
bila isinya kotor semua
hasilnya pun bisa di terka
Berkaca
Mengaca pada cinta
Yang tak hirau dirinya
Untuk bahagia temannya
Sama mengganjal perut dengan kerikil
Sama berpeluh keringat tak terikat
sekat
Pada cinta rela berkorban nyawa
Demi teman
Tempat berbagi suka dan duka
Dalam bingkai agama
Gapai
ridho Tuhannya
Asmara
Asmaraaaa...
kini tlah menyakitkan ku.
Hingga ku terjatuh
kini tlah menyakitkan ku.
Hingga ku terjatuh
sakit nya menusuk jantungku...
kata-kata semanis madu
buat ku larut dalam buainya
kenapa kau sirna
disaat ku membutuhkanmu
Asmaraaa…
Di mana sejati mu
Kasih sayang penuh cinta
Insan dunia
In the onely
Everytime in
mymind
Only you
In the onely
I hope you
in here, with me
Coz I can’t
stop loving you
I don’t know
when be finished
Moon in the
darkness
Closed of by
black cloud
Twilight in
the tip quiet limit
I am still
here
Waiting you
So why you
are not coming
For me
For
everything
Gadis Kecil itu
Duduk menelungkup di tengah riang canda
mengenang abah yang telah tiada.
Kenapa, Nak…duduk di samping gadis kecil itu,
lembut mengusap
telapak tangan kecilnya ,
selembut kapas.
Mereka riang berhari raya,
berpakaian baru,
jajan yang mereka suka.
Tangan kecilnya menggaris-garis tanah.
Kemana ayah mu, Nak…
jernih suara itu membelai rambutnya.
Abah tiada gugur di medan laga,
jihad fi sabilillah.
Tak punya baju baru,
tak juga uang saku untuk beli sesuatu.
Nak, mau kah aku menjadi pengganti ayah mu,
Khodijah ibu mu,
dan Fatimah saudara mu.
Mengusap air mata yang mulai mengering
Tak menyana apa yang didengarnya
Memeluk tubuh wangi itu
Terima kasih
Riang bersuka
Berlari dari pintu rumah itu
Berpakaian baru
Uang saku untuk beli sesuatu
Membuat iri teman-temannya
Andai bisa seberuntung gadis kecil itu
Allah, rahmat kasih-sayang-Mu untuk hati yang selalu
memikirkan keadaan umatnya.
Gadis remaja
bak kuntum bunga
mekar di
padang luas
diantara
rumpun ilalang
mengembang
menantang matahari
kuntum bunga
menyerbak sejuta aroma
bersama
hembusan angin
menerpa
buana..
wanginya
menyusuri lembah mendaki bukit
menyelam
kedasar sungai yang dalam..
lalu kumbang datang seiring sinar mentari,
terbang
berputar diantara bunga-bunga..
lalu tunduk
dan hinggap dikelopaknya.
Semilir
angin sejenak mengamati
Takdir pertemukan kumbang dan bunga
Saling
berbagi
Menyesap
madu bunga
Tetap
menunggu walau senja beranjak
Dan kumbang
pun bersedia mati bersama sang bunga...
Yang kelak
melahirkan bunga-bunga baru
Sebuah
Buku tulis
Terima kasih
bu, buku tulis yang kemarin ibu beri
Ku isi penuh
ilmu bekal hidup ku
Setiap kata
setiap nasihat terekam jelas
Masuk ke
dalam hati dan ingatan ku
Pandai
membawa diri
Mencari
teman
Jangan
tinggi hati
Berbakti
Pada ibu
bapak
Terima kasih
untuk buku tulisnya
Yang masih
ku kenang
Dan kelak
kuceritakan kepada anak didik ku kelak
Ibu guru ku
Senja Harap
Senja di ujung harap
Berdua
Usung cita bahagia
Tetap
Menggamit erat
Tentang Kawan
merindukan mu kawan
yang tak lepas bacaan
kala subuh menjelang
yang tak lepas bacaan
kala subuh menjelang
rindu jalan-jalan
kini pulang keharibaan
moga berlabuh tenang
kini pulang keharibaan
moga berlabuh tenang
Saturday, February 11, 2012,
10:38:00 AM
Tentang belahan hati
bening mata bola kaca
kukecup mesra
maaf kupinta
tak sempurna
kukecup mesra
maaf kupinta
tak sempurna
salat itu pintanya
selainnya
jangan main mata
bahaya
selainnya
jangan main mata
bahaya
Rindu Randu
Pohon Randu di belakang
kebun
sepi sendiri
dengan ranting tak berdaun
'lah lama kapas tak lagi bisa di tuai
sepi sendiri
dengan ranting tak berdaun
'lah lama kapas tak lagi bisa di tuai
Randu yang malang
sunyi sendiri
berteman angin gersang
sunyi sendiri
berteman angin gersang
Randu malang
rindu rindang daun
rindu kapas-kapas yang berguguran
rindu rindang daun
rindu kapas-kapas yang berguguran
Hati yang patah
Menghentak
tersentak
retak.
Hati yang
patah,
lelah,
terbelah.
Kasih itu
jadi buih,
semakin
liar,
membakar
akar,
bergetar.
Mengunci
diri,
pucat pasi,
menyisi.
Wajah Lukisan
Ada rasa
merasa
rasa yang
tak biasa
menyeruak
begitu saja
ghirahkan asa
pada rona
wajah yang dulu begitu dipuja semampu daya.
Ada begitu
banyak kata
lukiskan
keindahannya
sampai tak
kuasa
pejamkan
mata memandanginya.
pada rona
wajah lukisan keindahan
habis umurku
hà nya sekedar memandangi mu. Menggantang asap,
seperti
aspal jalan yang diperbaiki selang waktu rusak lagi,
seperti
kehilangan karena ketakpedulian membangun jalan.
Poster yang
terpajang diam-diam ku turunkan. "Ssssst... jangan bilang-bilang, nanti
ketahuan." mengutip bang Ipul.
Menemani
terang memandang malam
Memandang mu dari kejauhan usai ku jelang
Apa kabar kesendirian semakin ku kesepian
Kapankah sua kembali di keabadian
Kembara yang lalu sesaat pergi pulang keharibaan
Rindu berpagut lembut
Berselimut
Larut
Ali-101915at952pm
Memandang mu dari kejauhan usai ku jelang
Apa kabar kesendirian semakin ku kesepian
Kapankah sua kembali di keabadian
Kembara yang lalu sesaat pergi pulang keharibaan
Rindu berpagut lembut
Berselimut
Larut
Ali-101915at952pm
Ketika ajal menjelang
Tanda itu
masih lekat,
seketika
pandang menjadi jauh.
sejengkal pangkal tenggorok
yang dulu
berpayah diisi
menolak
tak hendak.
hanya ingin dekap
seusap
kelopak.
Mimpi
Bincangkan hari
tentang mimpi,
adakah pasti.
Melucuti nalar
kaca yang berembun.
Semakin tak jelas bayang.
Coba kuusap,
kian kabur.
Pada warna yang kian pudar,
memendar,
terberai.
Duduk termangu
membisu.
Ruang yang terbuka dulu,
menutup perlahan.
Sisakan perih hati ini.
Rindu
malam ku malang
melayang-layang
di nina bobo kan bayang
bayang mengawang
hilang dibalik awan hitam
mengelam kelam
sisakan kenangan
kerinduan
ketenangan peraduan
sepenuh rindu
sewindu tak temu
meramu
satu
pintaku
beri aku
waktu
Rindu ini untuk siapa,
mengharu biru.
Seberpisah jarak Adam a.s dan Hawa sebelum
jumpa di 'Arafah.
Semerindu Ya'kub a.s. kehilangan buah hati
kesayangan.
Ahh, ternyata ...
degub ini ada lagi.
Bergemuruh menghantam beku kreatifitas. Moga
positif
Harapan
Gemericik air
turuni lembah
semilir angin
sibak dedaunan
merdu solawat
diperdengarkan
indah ...
usia muda harapan
semoga
Bila Nyata
mimpi terindah
bilakah,
sepenggal kenangan silam
mengulang
memenuhi ruang-ruang hati
yang sebentar padam,
merenda asa baru
penuh warna
penuh sukacita,
beriring bersisian
meraih ridho'-Nya.
Ego
buka mata
hati mengunci
empati pergi
cari suka sendiri
peduli lama mati
siapa,
kenapa,
bagaimana,
itu-ini
sampai bangkai
tanah kembali
apa,
kapan
tak arti lagi
sesal semenyesal yang telah pergi
tak sempat merapat Zat yang Mahatinggi. Andai
kata yang di suka si pemangsa
jadi biasa
jauh menjauh sejauh ufuq
mereguk sepenuh teguk
mabuk
telungkup
redup
tutup
Kasmaran
ada dekat
mendekap erat
melajah bayang
mengenang silam
kasmaran
tak jua kesudahan
membubung tinggi,
terhempas di landasan.
seperih diiris sembilu.
kukabarkan padamu tentang tanah ini
yang dipapas ketinggiannya,
yang dikeruk kedalamannya,
yang tak
pernah mulus jalannya
meninggalkan debu kala kemarau
dan kubangan sawah kala penghujan.
kukabarkan tanah kosong sebentar rumah deret
berpenghuni pendatang dengan segala hingar-bingarnya
menyisakan pojok-pojok ruang terpinggirkan
pribumi.
kukabarkan tanah ini
yang bersekat-sekat tak ada lagi ruang
bergerak,
sementara sawah ladang mungkin bisa digarap
sampai tuan berdasi mengambilnya.
Adakah hari bisa lebih baik untuk tanah ini
Mendung diujung tangis 2003
Duduk lusuh di trotoar persimpangan
ditemani anak semata wayang
memandangi orang lalu lalang
pergi pulang berkendaraan.
Selang waktu
melihat-lihat toko
banyak berjejer
sepeda baru.
"Pak, pengen sepeda itu, yang roda tiga,"
rajuk anakku.
"Nak nanti saja, kalau Bapak ada rezeki."
galau ku menerawang
tempelkan embun
di sudut mata.
rumah
tangga kita penuh intrik penuh tipu
beli cabai kau kata bawang
beli asin kau kata daging
ada bukti
kuitansi
beli asin kau kata daging
ada bukti
kuitansi
rumah
tangga kita seperti api dalam sekam
menjalar membakar norma
peduli setan halal-haram
asal sesuai
catatan awal bulan
menjalar membakar norma
peduli setan halal-haram
asal sesuai
catatan awal bulan
saling
bisu
tutup mata tutup telinga
angka-angka rekayasa
menjelma digjaya
tutup mata tutup telinga
angka-angka rekayasa
menjelma digjaya
alibi
123
orasi bijak bahasa awan
untuk sebuah pembenaran
orasi bijak bahasa awan
untuk sebuah pembenaran
rumah
tangga kita penuh intrik penuh tipu
seperti api dalam sekam
seperti api dalam sekam
apa
kabar BOS
Kenangan Silam
masa kecil masa yang indah.
tawa canda berderai tanpa batas,
sedih senang tak pernah dipikir.
mengalir seperti air.
ada permusuhan
cukup diselesaikan
dengan saling mengaitkan jari kelingking,
simpel ga ribet.
kembali bermain perang-perangan
dengan pistol mainan berbahan papan bekas peti,
dar..der..dor
di rerimbunan pohon tebu pinggir kali.
sesekali seperti Zorro
main pedang-pedangan
dari bilah bambu menyerupai anggar
dengan pengaman sandal jepit bekas,
tak...tek...tok saling beradu
dengan sasaran paha ke bawah.
pertama yang terkena, dia yang kalah.
Aku jarang tidur siang,
menyelinap dari balik jendela papan berjeruji
berdinding papan
untuk kembali bermain
bersama teman-teman.
Nakalnya...
Pagi ini
pagi ini
mentari menunggang kabut
pilu menabung dosa rindu amanat
seterang baterai usang
kegagahan dan wibawa khayal belaka
merenda andai dan bagaimana
mentari menunggang kabut
pilu menabung dosa rindu amanat
seterang baterai usang
kegagahan dan wibawa khayal belaka
merenda andai dan bagaimana
pagi ini
sarapan belum lagi usai
batu yang kita makan
merusak alat mekanik dan pencernaan
kita tua sebelum waktunya
bak buah dikarbit
manis hilang berganti kecut
sarapan belum lagi usai
batu yang kita makan
merusak alat mekanik dan pencernaan
kita tua sebelum waktunya
bak buah dikarbit
manis hilang berganti kecut
pagi ini
kuingatkan tugas mendidik anak
yang lahir dari rahim keramat
andai kau lelap
bagaimana bisa afiat
carilah ilmu walau penat
kuingatkan tugas mendidik anak
yang lahir dari rahim keramat
andai kau lelap
bagaimana bisa afiat
carilah ilmu walau penat
pagi ini
seiring fajar dini
syukur ku pada Ilahi
masih diberi
seiring fajar dini
syukur ku pada Ilahi
masih diberi
Balada
Otong Sunat
Ketika
Otong mencret-mencret dan kekurangan cairan tubuh
Mak nya bingung harus bagaimana
berulang kali dukun ditanya
bagaimana Otong bisa sembuh
jawab sang dukun tetap sama
sunat aja Si Otong
kalau disunat Otong takut setengah mati
sang dukun tidak bergeming
kalau mau sembuh harus disunat
tibalah sunatan Si Otong
diarak keliling kampung menaiki kuda putih
banyak orang berdecak kagum
Otong yang lemah gagah di atas kuda putih
tetapi muka Otong pucat muram
dia terjatuh dari kudanya
Dukun penipu
Dukun laknat
ramalanmu palsu
Aku tidak terima
kembalikan anakku, kembalikan
Sang dukun lari terkencing-kencing
aku tidak salah
kenapa kamu mau saja
Otong terbaring di bawah pohon kamboja
tak bisa bicara dan candanya pun telah hilang
orang hanya bisa mengenang
Otong dulu pernah hidup di dunia
Mak nya bingung harus bagaimana
berulang kali dukun ditanya
bagaimana Otong bisa sembuh
jawab sang dukun tetap sama
sunat aja Si Otong
kalau disunat Otong takut setengah mati
sang dukun tidak bergeming
kalau mau sembuh harus disunat
tibalah sunatan Si Otong
diarak keliling kampung menaiki kuda putih
banyak orang berdecak kagum
Otong yang lemah gagah di atas kuda putih
tetapi muka Otong pucat muram
dia terjatuh dari kudanya
Dukun penipu
Dukun laknat
ramalanmu palsu
Aku tidak terima
kembalikan anakku, kembalikan
Sang dukun lari terkencing-kencing
aku tidak salah
kenapa kamu mau saja
Otong terbaring di bawah pohon kamboja
tak bisa bicara dan candanya pun telah hilang
orang hanya bisa mengenang
Otong dulu pernah hidup di dunia
Tersesat
merenangi
dunia luas
dunia
maya aneka rupa
sebegitu deras aliran nya
sebegitu deras aliran nya
sampai
tak bisa apa-apa
terombang-ambing ombak yang pasang
semakin ketengah tak tahu jalan pulang
terombang-ambing ombak yang pasang
semakin ketengah tak tahu jalan pulang
papan
pegangan sudah mulai pecah berserak
menyisakan puing-puing penuh retak
berderak tak ada tempat tuk dipijak
menyisakan puing-puing penuh retak
berderak tak ada tempat tuk dipijak
mengais-ngais
kepayahan
meraih pegangan
meraih pegangan
tenggelam
Tentang Meraih Cita
sederhana,
seperti itu.
liwet dengan ikan asin,
sambal terasi di cobek batok,
dan lalap daun kopi.
mengikat kencang tali pinggang
demi sebuah cita.
koin satu-satu masuk ke dalam tabung bambu
sekedar jaga-jaga,
kalau-kalau kiriman selisih masa.
Ya muqollibal quluub. tsabbit qolbi 'ala
diinik,
kenangan yang tetap terpatri
wejangan Ma haji.
at Pasir Jengkol'94 when we fight for a better
life.
Pada akhirnya
air mengalir ke laut juga.
anugerah yang sia-sia
ketika tak ada
yang menyerapnya.
kembali seperti itu,
sebuah siklus
yang terkadang kita alfa.
seperti waktu,
seperti ilmu,
seperti jabatan,
seperti harta,
bila ia didapat
dan kemana dimanfaat.
walau tak dikata
cinta hadir dari sejuk bola mata
untuk kebahagiaan ku.
segala bisa kau curah,
segala mampu kau tempuh
kelak ku berguna.
salam ta'zim kami guru...
Cinta berakar
masih cinta yang sama
yang kutawarkan kepada mu
masih rindu yang sama
yang kutawarkan kepada mu
selalu begitu
sampai akhir nafas hidupku
Saung Kenangan
Saung tengah empang tempat dulu biasa kita
melepaskan lelah setelah seharian mengajar, nikmati kebersamaan dalam bingkai
persahabatan. Memancing Nila, sambil kongkow di amben bambu saung ini,
menghadap ke arah matahari terbenam ditemani Mercy FM sepanjang sore, malam
hingga pagi dan terkadang nakal pindah memancing ke empang tetangga. Ketika
malam hari tiba pada masa bulan tanggal, mencari belut di sawah-sawah yang
belum ditanami padi dengan petromaks, sebilah parang dan ember hitam. Belut ditetak dengan punggung parang, dimasukkan
ke dalam ember. Menggorengnya dan disajikan dengan nasi gonjleng. Sedaap. Pada
hari-hari libur biasa kita keliling kampung dengan senapan angin berburu tupai,
biasanya aku kebagian peran sebagai anjing yang mengejar buruan dengan
kawan-kawan lainnya. Setelah lelah mampir di rumah orang yang punya anak gadis,
kali-kali ada jodoh. Apa kabar kawan yang dahulu sering mengirimkan makanan ke
saung ini dengan rantang di tangan ketika ku sedang merajuk. Apa kabar kawan
tempat kita biasa berhutang berbungkus-bungkus pengasap ketika kartu bayaran
anak tak kunjung didapat. Apa kabar teman yang dulu biasa
mengumpulkan
puntung bekas jamaah pengajian, diracik ulang dengan bungkus dalamnya,
menciptakan formula rasa baru berbagai merek. Apa kabar sahabat yang untuk
menghindari gigitan nyamuk rela berhelm-ria kepanasan. Apa kabar kawan telapak
tangan yang halus ini menjadi kapalan menepuk pantat rantang demi bisa memukul
rebana. Semoga, walau pun jauh di mata, tetapi hati-hati kita saling merindu.
Saung ini menjadi saksi berlalunya waktu menciptakan memori dalam lubuk hatiku.
Angereman 1998-2000
Kau
kau cinta ku rindu ku pada mu
kau selalu mengisi nafas ku
kau...
kau...
kau cinta ku rindu ku
kau mengisi nafas ku
pegang erat jangan lepas lagi
genggam lekat jangan pernah pergi
kau selalu mengisi nafas ku
kau...
kau...
kau cinta ku rindu ku
kau mengisi nafas ku
pegang erat jangan lepas lagi
genggam lekat jangan pernah pergi
Deadline
bercumbu dengan waktu
meguras tenaga dan pikiran
sungguh nikmat
seperti bulan madu pertama
ditengah gerimis
di bawah tenda
kaki langit.
Sumringah
Kerja
Sendiri itu indah,
apalagi ditemenin
lebih indah.
makin indah saja
kalo banyak yang nemenin.
Berbaik-baik lah dengan kawan
usah merasa bisa segala.
pada akhirnya
kita pun akan ke muara juga.
Gombal
berkedip
genit
melirik-lirik
mengintip-intip
menelisik
bisik
asyik
mengintip-intip
menelisik
bisik
asyik
bercakap-cakap
merecap
menebak-nebak
menyemak
dekap
hap
menebak-nebak
menyemak
dekap
hap
tangkap
sekap
babat
santap
lahap
Ruang Sepi
Ruang arca kita
semakin disorot
penuh debu.
Tak lagi kita dapat menghirup udara segar.
Semuanya telah masuk ke jantung dan otak
tanpa kita dapat berbuat apa-apa.
Dan para tetangga pun
tidak akan pernah perduli
tentang kita
karena mereka pun sibuk
dengan urusannya
yang terus memburu dunia.
Menunggu harap
lelah menunggu
batas waktu tak berujung
terkadang lenyap begitu saja
seperti kapas tertiup angin
batas waktu tak berujung
terkadang lenyap begitu saja
seperti kapas tertiup angin
Salam Rindu
sederhana
cermin pribadimu
pandanganmu menyejukkan kalbu
bayanganmu tetap mengganggu tidurku
pujaanku terimalah salam rinduku
pandanganmu menyejukkan kalbu
bayanganmu tetap mengganggu tidurku
pujaanku terimalah salam rinduku
bila
masa telah tiba
sang kumbang menyerbuk bunga
hati riang tak tertahan
kicau burung bersiulan
sang kumbang menyerbuk bunga
hati riang tak tertahan
kicau burung bersiulan
alam
berbahagia
suka cita penuh warna
kasih-sayang peraduan
tetap sayang usah lepaskan
suka cita penuh warna
kasih-sayang peraduan
tetap sayang usah lepaskan
Tentang dunia
bermain di air basahlah tubuh
bermain di api panaslah badan
bermain permainan langkah demi langkah
langkah bidak dalam permainan catur
sudah melangkah
hitungan matematika yang bicara
bermain di api panaslah badan
bermain permainan langkah demi langkah
langkah bidak dalam permainan catur
sudah melangkah
hitungan matematika yang bicara
Hidup Berkah
kemana hendak dicari
sedang senyum mu tak ada lagi.
gugur bunga mu menjadi berkah.
buah mu senangkan orang yang lalu.
cinta mu tak pilih kasih.
cinta ku mengharu biru.
Mencari Kekasih
mencari
kekasih
mengarungi samudera luas kehidupan
tak jua sua
pendamping sejati dalam suka dan duka
seribu wanita hitam putih aneka warna
'lah kucoba hampiri
hanya tamparan-tamparan kegagalan
memenuhi wajah pucat pasi
Rabb, jauhkanlah benci dan dendam kesumat dalam diri
petunjuk hikmat-Mu dalam setiap kegagalan
moga dapat memenuhi hati ini
sedikit demi sedikit
menyingkap rahasia kebesaran-Mu
bersama waktu yang berlalu
Rabb, mogalah saling memberi dan menerima cinta karena-Mu
keredho'an-Mu dalam setiap langkah hidupku
perjalanan hitam hari kemarin
dalam petunjuk nur-Mu hari ini
moga kulalui hari esok dengan penuh pengabdian pada-Mu
menyingkirkan segala gelap
yang merintangi jalan yang hak
Aamiin
mengarungi samudera luas kehidupan
tak jua sua
pendamping sejati dalam suka dan duka
seribu wanita hitam putih aneka warna
'lah kucoba hampiri
hanya tamparan-tamparan kegagalan
memenuhi wajah pucat pasi
Rabb, jauhkanlah benci dan dendam kesumat dalam diri
petunjuk hikmat-Mu dalam setiap kegagalan
moga dapat memenuhi hati ini
sedikit demi sedikit
menyingkap rahasia kebesaran-Mu
bersama waktu yang berlalu
Rabb, mogalah saling memberi dan menerima cinta karena-Mu
keredho'an-Mu dalam setiap langkah hidupku
perjalanan hitam hari kemarin
dalam petunjuk nur-Mu hari ini
moga kulalui hari esok dengan penuh pengabdian pada-Mu
menyingkirkan segala gelap
yang merintangi jalan yang hak
Aamiin
Pabuaran,
18 April 1998
Pencari Ilmu
sebegitunya
cari
jarak tak menghalangi
ditempuh berjalan kaki
tuk bisa mengaji
ditempuh berjalan kaki
tuk bisa mengaji
berkilo
jalan ditempuh
keliling kampung berjauh-jauh
berpayung hitam berpeluh
membagi ilmu orang yang butuh
keliling kampung berjauh-jauh
berpayung hitam berpeluh
membagi ilmu orang yang butuh
susah
payah bangun rumah ibadah
cari ilmu berpayah-payah
ilmu wudu ilmu salat,
ibadah mahdoh goir mahdoh
dihafal semampu bisa
dijalankan semampu daya
cari ilmu berpayah-payah
ilmu wudu ilmu salat,
ibadah mahdoh goir mahdoh
dihafal semampu bisa
dijalankan semampu daya
padaku
kau keinginan
seperti itu cerita zaman
seperti itu cerita zaman
Guru 2
kenapa
ada kasta untuk guru yang berjasa
semua terkotak dalam sekat sekarat berat
samabaju tidaksama isisaku
mengharubiru khotbah didepan anakdidikmu
ceritakansusah mencariilmu
merekamanggutmanggutngantuk
peduliapaperasaan
tugaskuhanyamengajarkan
toh ada ibu-bapaknya
si anak bingung ibu-bapaknya sibuk semua
sekolah untuk main-main saja
besar anak ditelevisi
besar anak dipenyewaan ps
besar anak dimanasempat
semua terkotak dalam sekat sekarat berat
samabaju tidaksama isisaku
mengharubiru khotbah didepan anakdidikmu
ceritakansusah mencariilmu
merekamanggutmanggutngantuk
peduliapaperasaan
tugaskuhanyamengajarkan
toh ada ibu-bapaknya
si anak bingung ibu-bapaknya sibuk semua
sekolah untuk main-main saja
besar anak ditelevisi
besar anak dipenyewaan ps
besar anak dimanasempat
Apa
kabar Indonesia 2045
Biasa Saja
siapa yang memberi rasa aman?
kenapa lena?
seperti satu tubuh mati rasa.
tangan terluka biasa saja.
Tentang Hari lena
karena langkah pastikan tujuan.
langkah gontai kemana arah tujuan.
berleha lena ikuti tapak jempol kaki.
padahal akhir itu sudah pasti.
tentang dunia yang kita di dalamnya
Andai dan Bagaimana
meronta, tak.
nikmati cumbunya,
terkesiap.
jauh langkah tertinggal,
terjungkal.
memaksa
harap,
sekarat.
cerita usang andai dan bagaimana,
menetak.
Kelewat Mimpi
impian ini lampaui batas,
seberangi lautan lepas
tanpa tahu pelabuhannya.
masuk ke api nya
buat ku mabuk.
Tak sebegitunya Cinta
tak seperti buat seribu candi untuk jadi
tak seperti buat perahu dengan bendung citarum untuk pasti
padanya dia ada
walau tak sebegitunya cinta
tak seperti buat perahu dengan bendung citarum untuk pasti
padanya dia ada
walau tak sebegitunya cinta
Renda Asa
lama tak sua.
apa kabar teman cita.
maaf kupinta
tak sempurna.
hari indah bersama
bergelut dengan rumus dan angka.
moga cita bahagia
pada asa yang tertunda.
Tak bisa sembunyi
dinding ini masih kaca
tembus ke dalam nya
sampai ke jiwa.
tak bisa ku sembunyikan
dalam nya rasa
pada dia
yang buat ku bahagia.
Pilihan
menelusuri jejak.
langkah terhenti di persimpangan.
antara
lanjut dan sekarat.
sebegitunya cinta...
Di sebaris asa
ada ruang rindu yang menggayut
Menyusup lembut
dalam dekap yang mengkarut
Selaksa bayang yang berkabut
Berharap merenggut
lembut
Maaf
maaf ku telah menyakiti perasaanmu.
dalam diam mu kutahu
kau merasa tersiksa.
apalah dayaku
hanya bisa berkata
tak mampu berbuat apa-apa.
doa yang selalu kupanjatkan,
semoga kau baik-baik saja.
Fokus
masuk kedalamnya
bercengkerama dalam imajinasi,
fokus.
tak hirau sekeliling
menghantar tawa,
bahagia,
sedih,
kecewa,
rasa segala bisa,
peduli apa.
bilakah salat senikmat nonton tv...
Kepercayaan
berumah di atas rawa
butuh fondasi yang kuat,
tiang
pancang yang menembus cadasnya.
bila tak,
sia-sia saja.
menghabiskan waktu dan tenaga.
Kenangan 2
sayup suara pengeras suara jelang subuh usai
lelap malam
"Trong kohkol morongkol, dur bedug meneran simut, di adanan teu daek hudang...!" masih terngiang. Selalu menolong selagi bisa, memberi pinjaman atau mencarikan pinjaman. bercengkerama dengan guru-guru dengan mie instant hangatnya bertabur irisan cabai rawit. Tak lelah mengajak orang untuk menghadiri pengajian. Tak jemu mengajak orang tua menyekolahkan anaknya di setiap majlis yang didatangi. Tentang kenangan moga diluaskan kuburnya, diberi tempat terbaik di sisi-Nya, aamiin.
"Trong kohkol morongkol, dur bedug meneran simut, di adanan teu daek hudang...!" masih terngiang. Selalu menolong selagi bisa, memberi pinjaman atau mencarikan pinjaman. bercengkerama dengan guru-guru dengan mie instant hangatnya bertabur irisan cabai rawit. Tak lelah mengajak orang untuk menghadiri pengajian. Tak jemu mengajak orang tua menyekolahkan anaknya di setiap majlis yang didatangi. Tentang kenangan moga diluaskan kuburnya, diberi tempat terbaik di sisi-Nya, aamiin.
Timbal
Air beriak tanda tak dalam.
Air tenang menghanyutkan.
Air ku dangkal
bertumpuk sampah memenuhi otak
semakin padat otak-otak
berbuih timbal
di minum
pun tak
madorat
Boy
saat
aku bertanya, siapa yang menjawab. jawablah pertanyaan ku ini
saat aku berkata, siapa yang sudi mendengar. dengarkanlah kata dan keluhanku.
saat aku sakit, siapa yang memberi obat. berikanlah aku obat agar sakitku sembuh.
saat aku sedih, siapa yang akan mengibur, hiburlah aku agar tak sedih lagi.
saat aku minta, siapa yang sudi memberi, berikanlah yang aku minta.
aku butuh kasih sayang
aku ingin ketenangan
saat aku berkata, siapa yang sudi mendengar. dengarkanlah kata dan keluhanku.
saat aku sakit, siapa yang memberi obat. berikanlah aku obat agar sakitku sembuh.
saat aku sedih, siapa yang akan mengibur, hiburlah aku agar tak sedih lagi.
saat aku minta, siapa yang sudi memberi, berikanlah yang aku minta.
aku butuh kasih sayang
aku ingin ketenangan
Sebuah
catatan Boy
Perjuangan
Berhari menahan sakit, usap punggungnya
Bidan tak, hanya Mak yang tak lagi berprofesi temani
Kota yang mati bagi pemimpi
memeluk erat, wajah pucat pasi
menghentak, bulir-bulir dingin menempel di dahi
usah lelap, sabar dan berdo'a lah
dalam kepasrahan berserah
seketika tangis melengking
sendiri ku memotong tali pusat
dengan benang hitam ku ikat
sementara, embun menitik di sudut mata
azan dan iqamat
menyambut hari baru
Ku dipanggil Bapak
Bidan tak, hanya Mak yang tak lagi berprofesi temani
Kota yang mati bagi pemimpi
memeluk erat, wajah pucat pasi
menghentak, bulir-bulir dingin menempel di dahi
usah lelap, sabar dan berdo'a lah
dalam kepasrahan berserah
seketika tangis melengking
sendiri ku memotong tali pusat
dengan benang hitam ku ikat
sementara, embun menitik di sudut mata
azan dan iqamat
menyambut hari baru
Ku dipanggil Bapak
Kenangan 3
nyeblok kacang rabut di kebon panas poe mandi
ku kesang, nikmatna kaubaran ku timbel eusi tongkol asin sambel tarasi. lalab
amis kacang rabut tina taneuh keusik sisi manceuri...
Dulu kalo pagi-pagi aye di kasi duit jajan
gocap, pake beli bakwan 1 biji jigo, sisanye buat tarohan maen bola di lapangan
sepetak 6 lawan 6. kalo menang tuh duit dipake buat beli es teh manis nyang
harganye gocap. kalo kalah gigit jari, pulang ke rumah minum sepuasnye.
Hari Minggu biasanye ke Senayan atau ke MPR, lari pagi. cuman ga PD disangka mo kondangan pake celana biasa, yang laen pada pake trening.
Laen waktu berenang di Lapangan Tembak, barengan sama temen-temen, cari gratisan ikut rombongan orang laen, kalo lagi untung bisa masuk ke dalem ikut berenang, kalo lagi apes di tarik ama nyang jaga, di jewer.
Sama juga kalo pas mo honton bioskop di Nirwana, ikut desek-desekan, dah masuk apes dikeluarin lagi, kaga punya karcis.
Kalo lagi iseng pulang lari pagi sambil nyari kepiting bareng-bareng, atau nyari cicek dipanah pake busur tali karet gelang, anak panahnye pake lidi, dipanggang, dimakan. Iiiih…berasa daging ayam.
Hari Minggu biasanye ke Senayan atau ke MPR, lari pagi. cuman ga PD disangka mo kondangan pake celana biasa, yang laen pada pake trening.
Laen waktu berenang di Lapangan Tembak, barengan sama temen-temen, cari gratisan ikut rombongan orang laen, kalo lagi untung bisa masuk ke dalem ikut berenang, kalo lagi apes di tarik ama nyang jaga, di jewer.
Sama juga kalo pas mo honton bioskop di Nirwana, ikut desek-desekan, dah masuk apes dikeluarin lagi, kaga punya karcis.
Kalo lagi iseng pulang lari pagi sambil nyari kepiting bareng-bareng, atau nyari cicek dipanah pake busur tali karet gelang, anak panahnye pake lidi, dipanggang, dimakan. Iiiih…berasa daging ayam.
Pohon Kenangan
memandang pohon itu teringat kenangan seperti
itu diketika akhir kehidupan sempatkan berarti bagi yang kemudian seperti apa
kita mengambil jalan
berarti ataukah kesia-siaan
berarti ataukah kesia-siaan
berawan asap
penuhi ruang
menyesap sesap
hembusan angin malam,
sedingin embun freezer.
beku.
tak mampu cakap
apalagi berpikir.
gerangan cinta buat ku alpa
penuhi tanggung jawab
seorang hamba.
Ikhtiar
biarkan kepak ini mengembang.
usah risau pelukan duka.
bermandi cahaya matahari,
mencari rezeki.
doakan saja
kembali pulang
memenuhi mimpi-mimpi
Maaf 2
Lidah yang tak bertulang
berapa banyak lukai perasaan orang. sepertinya
remeh,
bekasnya terus dikenang
sepanjang kehidupan.
maafkan
bila lisan ini
menyakiti perasaan
Rindu Lagi
Berdiri
aku di tapal batas sunyi
bercengkerama angin gersang
dalam derita dendam ketakberdayaan
membawa cerita tanpa arti
bercengkerama angin gersang
dalam derita dendam ketakberdayaan
membawa cerita tanpa arti
Pulanglah...
Bunga Hati
lembayung pagi
gurat merah selendang dewi
berlatar garis pantai,
senyum khas itu
menyejukkan hati.
derai tawa renyahnya
membungakan hati ini.
Pinta
Berdiri aku di puncak,
memandang lembah
menyeberang angan
menelusuri setiap jejak
sampai bersisian
dalam dekapnya.
Angan ku di hamparannya,
dalam lambaian nyiur,
deburan ombak pada karang
menyemai doa
menabur asa
menuai bahagia
pinta
Pemeran
Pemuja peran memeran apa saja
Peduli rasa
Bahagia saja
Sesiapa jua
Dimangsa
Membelit, sesak-sekarat, lahap
Malang nian gemeretak tulang
Kian berontak melayang
Sejenak terbang
Hilang
Peduli rasa
Bahagia saja
Sesiapa jua
Dimangsa
Membelit, sesak-sekarat, lahap
Malang nian gemeretak tulang
Kian berontak melayang
Sejenak terbang
Hilang
Merengkuh angin
merenda asa
bertitian dalam rengkuhan hampa
sepa padi tak berisi.
berlarian mengejar bayang
bertabrakan dengan keadaan.
as roda berderak
sebelum sampai ke tujuan,
limbung tersungkur
mencium kerikil
yang entah kapan diaspal.
ianya pick-up.
darah menggumpal lapisan kulit.
memar.
Just Dream
imun, bebal merapal
tak satu pun mengena.
membatu
seruncing apa pun seru.
otak berantak.
error menjadi,
gawat darurat.
apa mesti hemodialisa halal?
just dream,
terkungkung aturan takasatmata.
pilu di penghujung senja,
berlari,
sedang titian rambut dibelah tujuh.
Apa jadi?
Kobaran menanti.
Na'uzubillahi min zalik
bermula purnama
perlahan kehilangan cahayanya.
malam tak seindah biasanya,
semakin pekat
dalam dekap keramat.
nyanyian rindu
berganti sayatan pilu,
semakin kelu
memantra kata i miss you.
binar itu nanar
sesayup sampai,
bilur itu tak tampak
semakin mengerak minyak.
semakin miring ke kiri,
sedang jurang
beberapa inci lagi.
SERAPAH KUBUR
Malam Jum'at lalu sempat ku menjenguk mu
Hampa tak ada yang bisa ku bawa
Selain nyanyian penghimpit kubur
gemeretak tubuh ku yang lebur
hancur
Tingkah mu menambah siksa ku
payah ku dulu mengongkosi mu
Tanah. darah air mata demi bahagia mu
percuma
salah ku memang terlalu memanja mu
pendidikan agama sekedar kau yang belajar
kau kering teladan
aku sendiri larut dalam kesibukan
Madrasah aku paling anti
demi gengsi dan harga diri
padahal kalau tahu begini
puas harta ku habis untuk guru-guru agama mu
puas harta ku habis untuk guru-guru sekolah mu
yang demi kau rela bertapa
yang demi kau rela puasa
Takdir
Datang dan pergi silih berganti.
ada saat kala lelah melanda,
semua berpulang pada diri kita.
Cinta dan rindu mengharu,
walau jauh di mata
tetapi dekat di hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar