Sabtu, 26 Maret 2016

Dog's Story

Dahulu ku menyangka ombak tak akan pasang dan kapal bisa berlabuh. Dahulu ku menyangka kau bisa diajak berlayar mengarungi samudera kehidupan. Rinduku melaut, cintaku hanyut, dan gayungpun tak pernah bersambut.
Terima kasih untuk semua cibiran dan keangkuhanmu. Amatlah disayangkan, rupamu yang cantik tak kau barengi dengan akhlak yang baik.
Sebenarnyalah cintaku bukan lipstik semata. Aku bersungguh-sungguh mencintamu. Allah yang maha tahu kedalaman isi hatiku. Do’aku untukmu, mudah-mudahan Allah membuka jalan fikiranmu, dan merubah perangaimu menjadi lebih baik.
Aku sadar diriku tak lebih baik darimu, tetapi sebagai manusia kita punya pegangan aqidah yang sama, sewajarnyalah kita sebagai sesama manusia saling nasehat-menasehati dalam kebenaran sebagaimana yang sering kita baca dalam surah al-‘Ashr
وتوا صوب الحق
Sayang…, ketaksukaanmu padaku kau potong rambutmu, ketaksukaanmu pada ku kau sebut diri mu dongdot, na’uzubillahi min zaalik. (itu yang kudengar dari orang yang menyampaikan salamku untukmu)
Jangan, jangan kau siksa dirimu karena aku. Urailah rambutmu dan peliharalah dengan baik, sebab itu adalah mahkota pemberian Tuhanmu.
Jangan, jangan sebut dirimu dongdot. Sebab itu serendah-rendah perempuan di mata lelaki. Lelaki akan mempermainkan kita semaunya. Tak ada lah yang lebih berharga selain daripada harga diri.
Aku bukan sok suci. Tetapi marilah kita sama-sama introspeksi diri, bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara dan dunia ini fana. Kesenangan semu hanya akan melahirkan kegembiraan sesaat dan kita akan menyesali dan tak akan pernah tenteram sepanjang hayat.
Alangkah banyak remaja yang terjerumus perilaku yang tidak baik karena kurangnya informasi dan iman yang sekulit ari. Di satu sisi mereka belajar agama tanpa tahu mengamalkan karena pengaruh komunikasi global lewat tayangan-tayangan maksiat yang dibungkus teknologi modern, di sisi lain pengaruh kemiskinan. Mereka lebih mengambil jalan pintas, asal dapat jajan, asal bisa puas jasmani, tak perduli harga diri. Benar lah sabda Nabi Saw. “hampir-hampir kefakiran menyebabkan kekafiran.”
Sayang, mungkin kau pernah dengar kata-kata bijak
سلامة الإنسان بحفظ اللسان
Selamatnya manusia bergantung dari penjagaan lidahnya atau mulutmu adalah harimaumu.
Andai kau tak memanggilku sebutan anjing, mungkin aku tak akan pernah mengusik ketenangan hidupmu. Apa yang kuharap darimu? Usiamu terlalu belia untuk mengenal cinta. Perangaimu tak lebih baik dari kecantikan parasmu. Untuk mencari yang cantik, banyak orang yang menjualnya. Untuk mencari yang tidak baik, tak usahlah dikata, banyak tersebar di emper-emper jalan.
Aku terusik karena sebagai guru yang seharusnya digugu dan ditiru mendapatkan tempat di sisimu sebagai anjing. Lama ku berfikir, instrospeksi diri. Memang sebagai guru aku tidak dapat menunaikan tugas ku dengan baik. Tetapi melihat kondisi lingkungan di mana kamu tinggal selama pengamatanku sampai hari ini, baru lah kusadari bahwa itu sudah merupakan kata lalap yang apabila diucapkan kitapun sekejap bisa melupakan sebagaimana sebutan haramjadah dan lain sebagainya. Cuma aku berpesan, jagalah lidahmu dengan baik jangan sampai terulang kata-kata itu dari mulut manis mu apabila kamu menghendaki ketenteraman dalam hidup mu.
Sayang…, sampai hari ini cintaku tidak berubah. Sampai hari ini sukmaku masih gundah. Walau demikian aku tidak mau terjebak lamunan-lamunan hampa. Aku ingin kepastian cinta darimu. Cinta yang tulus. Cinta yang penuh rasa sayang berdasarkan ajaran rasul. Cinta yang didasari iman kepada Allah Swt.
Kalau sampai hari ini aku masih tandang ke rumahmu, kalau sampai hari ini aku masih ingin melihat wajah ayu mu, karena aku tidak menginginkan adanya rasa permusuhan di antara kita. Aku menghendaki kau tampil sebagai anak salehah yang apabila tamu bertandang layani dan muliakanlah. Jika memang kita beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian sabda Nab Saw.
من كان يومن بالله واليوم الأخر فاليكرم ضيفه
Sayang..., dari sinar mata muku tahu kau menginginkan hal yang sama seperti yang diharapkan oleh sepasang kekasih. Dari sikapmu belakangan ini ku tahu kau malu-malu dan berusaha menutupi kebenaran bahwa kau cinta padaku. Aku sadari itu dan aku pun berusaha untuk bersikap wajar dan biarlah menjadi rahasia kita sampai saat dimana aku dan kamu telah siap untuk bersatu dalam ikatan kasih sayang payung agama.
Aku mendambamu sepenuh jiwa dan raga. Cinta dan sayang ku tak akan pudar hanya karena ombak yang pasang. Deru nafas cintaku akan terus memburu sampai batas di mana jantungku berhenti berpacu. Mencintamu aku hanya percaya satu hal, tak akan selamanya benci terpatri. Dan aku yakin…
من جد وجد
Keinginan dari setiap lelaki adalah perhatian dan kasih sayang dari lawan jenisnya, dan keinginanku darimu adalah ketulusan kasihmu dan perhatian sayang mu untukku.
********************


Tabir surya melukis mega kuning keemasan tandai hari baru perjalanan waktu. Angin pagi menyisakan dinginnya. Kopi hitam yang tersaji disertai penganannya membuat ku tak hendak beranjak. Sebatang filter setia di bibir ku, mengepulkan asap berantai di sekeliling kamar. Ku buka lembar demi lembar diary yang selama ini selalu merekam laku hidupku. Akh…, namamu ternyata yang terbanyak sayang.  Lamunanku melayang, sukma ku terbang. Berandai-andai kau terima cintaku. Aku larut dalam khayal sampai tak terasa kopi di gelaspun menjadi dingin dan suara riuh anak-anak MI bersenda gurau di teras Pondok membuyarkan lamunan. Segera rokok yang hampir mendekati garis batas ku matikan, berganti pakaian dan siap ke Sekolah.
Tak ada yang lebih membahagiakan selain dapat memandang wajah kamu sepuas-puasnya. Jujur saja, kau amat menggemaskan dengan sikap acuh dan cuekmu. Dan di sekolahlah tempatnya, tempat dimana kebahagiaan itu datang dan menjelma dalam wujud dirimu. Aku akan layu manakala kau tidak pergi ke Sekolah.
Hari telah berangkat siang dan mataharipun menunjukkan keperkasaannya. Kau pulang sayang. Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan sampai batas kelokan jalan menuju rumahmu.
Entah kapan lagi waktu-waktu seperti itu terus berulang. Akupun tak pernah tahu karena segala kuasa dan takdir-Nya jua lah semua kejadian bisa terlaksana.
Demikian berartinya kau bagi ku sampai aku tak pernah memperdulikan sikap bencimu padaku. Yang pasti aku sudah bahagia apabila seulas senyummu mengembang dari bibir merahmu yang entah untuk siapa.
Aku begitu merindukan kau hadir menemani kesepianku, mengisi impian-impian hidupku yang selama ini hampa. Kau kasih pujaan, batas impianku padamu nyaris tak berujung.
*******************

Pukul 11 siang, hari tak terlalu panas karena cuaca agak mendung. Aku lebih suka tidur-tiduran di kamar sambil menunggu waktu dzuhur dan membuat persiapan mengajar di MTs.
Tugas adalah tugas dan aku tidak bisa membantahnya karena itu merupakan kewajiban. Liburan yang lalu biasanya siang begini aku ke rumahmu sekedar untuk melihat wajah kamu dan  setelah itu kamu akan berpaling dan menghindar dariku. Aku kecewa, tetapi kekecewaan ku terobati manakala pekerjaanmu yang tertunda dapat kuteruskan.
Lembayung senja tampak di ufuk barat. Langit kuning keemasan. Aku berdiri di pematang sawah menikmati panorama alam yang menakjubkan. Sore sepulang mengajar…
Gadis-gadis  dusun ramai mengusir burung-burung sawah, suara mereka beradu dengan teriakan anak-anak yang bermain kian kemari melewati pematang sawah, berenang di empang keruh dan parit dekat tembok ternak. Kau tampak cantik sayang dengan jepit rambut yang mengunci kepang kudamu, asyik bersenda-gurau dengan teman-temanmu menikmati keremajaan mula yang tanpa beban dan problem hidup.
Aku merekamnya di keheningan diri, di pematang sawah yang membatasi tempat tinggal mu. Dan senja kian merayap malam, sebelum maghrib aku tiba di Pondok.
*******************

Hari pertama bulan Ramadhan seharian tanpa kegiatan. Di tarawih yang kedua aku cuma mendengar suaramu saja sayang.
Hari-hari belakangan ini aku agak sedikit melupakanmu, maklum aku tidak mendengar celoteh mulut panasmu ke telingaku karena kita jarang atau sama sekali belum pernah bertemu atau pun dari orang-orang yang kudengar ceritanya tentang kamu. Mudah-mudahan kau damai selalu dengan keadaan ini, begitupun aku.
Bila kemudian hari kita tidak lagi dapat berjumpa, moga kamu nggak akan melupakanku. Aku yang menjengkelkan dan selalu membuat kamu tidak tenteram, semoga atas kepergianku ini kamu dapat tumbuh menjadi remaja putri yang cerdas, mandiri dan menjadi tumpuan harapan agama, bangsa dan Negara di masa yang akan datang.
Sekarang dan di masa-masa yang akan kamu lalui, belajar lah terus jangan sampai berhenti di tengah jalan. gapailah ilmu semampu kamu bisa. Jangan kau terbuai dan dilenakan oleh keadaan lingkungan di mana kamu tinggal sebab susah dahulu dan senang kemudian itu lebih baik ketimbang sebaliknya.
Aku memberi nasihat terdorong oleh rasa cinta dan sayangku kepadamu. Semoga kamu mengerti dan mau menuruti nasehatku.
Harapanku padamu setinggi puncak gunung Himalaya. Rindu dan sayangku padamu sedalam laut Atlantik. Walau aku tak dapat memilikimu di kehidupan nyata, cinta dan rinduku bersatu denganmu di dalam khayal mimpiku.
Seribu satu cerita tentangmu kuukir dalam di hati sanubariku. Tekadku sudah bulat untuk mendapatkan kamu. Tidak hari ini besok, tidak besok lusa, seminggu, sebulan, setahun, bahkan ribuan tahun yang akan datang. Jelasnya sampai ajal menjemputku. Cinta dan rindu ini tak akan pudar untukmu.
Sayang…, kesombonganmu yang mengufuk langit, penghinaanmu yang tanpa batas, bencimu yang menguras air laut, dengan izin Allah ingin ku ubah dan mudah-mudahan menjadi sebaliknya…
يا مقلب القلوب قلب قلبها وصارت بالمحبة الى
****************

Rentang waktu menyisakan harapan untuk sebuah cita-cita ingin berbagi keceriaan dengan kawan dan anak didik. Walau sederhana kami dapat menyelenggerakan pesantren kilat ramadhan, belajar mengaji kitab kuning dan di seling latihan qasidah pada sore hari dengan mengundang pelatih santri dari MA Barengkok, Ida.
Bersusah payah membuat proposal dengan mesin tik tua, meminta tanda tangan kepala desa, fotocopy di Rajawali, cari dana di Jakarta sekedar tetangga dan menugaskan anak MTs. berkeliling pasar. Dukungan dari pemilik yayasan dan Ketua membuat kegiatan Pesantren kilat ini dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
Aku teramat bahagia dalam acara itu. Minimal aku dapat menyibukkan diri dan tidak larut dalam khayalan. Adanya kamu dalam kegiatan tersebut membuatku bersemangat. Karena memang dari kamu lah segala inspirasi itu ada dan berkembang, lontaran jangwe pergantian tahun naga emas meretaskan asaku padamu yang senantiasa hadir dalam mimpi dan ruang gambar kehidupanku.
Pagi waktu dhuha pertemuan terakhir kita, saat dimana kebahagiaan itu muncul dalam kebersamaanku denganmu. Seulas senyum yang kau berikan adalah satu hal yang amat berkesan dalam pergaulan keseharian kita. Moga kamu semakin giat belajar dan dapat berguna kelak satu saat dimana masyarakat membutuhkanmu.
***************

Udara malam dingin menggigit, maklum kemarau. Ombak pantai Carita saling berkejaran, berlomba menyapu pantai. Sebagian kaki ku dibasuh air laut kala sedang menatap keindahan panorama malam bertabur bintang.
Semalam di Carita, menenangkan pikir saat pagi tadi kau lempar buku yang hendak kuberikan padamu lewat Majid, aih…betapa terhinanya diriku.
Aku merenung, tepekur beralaskan pasir putih dengan ditemani sebungkus rokok kretek dan makanan ringan serta kopi hangat yang tadi dipesan dari pedagang asongan.
“Pijat, Dik. Kelihatannya lelah.” Ibu-ibu paruh baya menawarkan jasa pijatnya.
“Ah, nggak Bu, makasih.” Aku tergeragap dan lelap kembali dalam lamunan.
Pengalaman siang tadi sungguh tidak terduga. Kupikir kau mau menerima ungkapan perasaanku lewat buku itu dengan senang hati dan ternyata aku salah duga, amarahmu tak pernah terpikir akan sehebat badai.
Pagi menjelang siang sekitar pukul 10 aku langsung berangkat ke pasar tanpa tujuan. Naik angkot rute Cicangkal-Serpong dan berhenti di Cisauk. Bimbang tak tahu harus apa sampai terdengar peluit kereta Jurusan Rangkas. Tanpa pikir panjang aku naik kereta itu walau tak berkarcis, kalo apes bayar di atas… gumamku dalam hati.
Sesampainya di Rangkas perut baru terasa minta di isi. Aku singgah di warteg pinggir jalan, makan dengan lauk-pauk sederhana. Naik angkot ke Mandala, disambung Bus jurusan Rangkas-Labuan, singgah sebentar di Sodong. Nostalgia masa-masa kuliah dulu yang terhenti di tengah jalan.
“Hei kemana aja ente baru nongol. Gimana kabarnya?” Subhan yang orang Serang menyapa.
“Alhamdulillah sehat. Rupanya tambah maju di sini.”
“Ya, Alhamdulillah lah. Berkat manajemen yang diterapkan dengan baik dan asrama juga yang sekarang terpadu dengan program pesantren.” Panjang lebar Subhan menjelaskan.
“O, ya. Syukurlah. Anak-anak yang lain pada kemana?” aku menanyakan kabar teman-teman yang dulu pernah seasrama.
Subhan pun menjelaskan bahwa Kosasih sedang mempersiapkan skripsinya, Aqil yang orang Kalimantan sedang KKN di utara Pandeglang, sedangkan Sofyandi balik ke Medan dan meneruskan kuliahnya di sana.
Aku manggut-manggut, dan selama mendengarkan penuturan Subhan pikiranku melayang dan ada rasa penyesalan, kenapa dulu aku tak sabar menunggu sampai kuliahku selesai. Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengurut dada.
Ba’da asar aku pamit dan pergi ke Carita dengan Subhan  yang kebetulan ada acara di sana dengan anak-anak MTs. asuhannya.
Subhan punya acara sendiri dan aku larut dalam lamunan tentang dirimu yang selalu membuat aku penasaran sayang …
****************

Menulis lembaran terakhir ini rasanya berat sekali tetapi ini harus kulakukan mengingat tak berguna lagi menegakkan benang basah yang hanya menghabiskan sisa umur. Dua kali kamu bilang bahwa aku bukan pacarmu dan ribuan kali kamu berpaling wajah apabila jumpa aku. Sebuah prasasti bisu yang mengundang kepiluaan di hati. Untuk semua itu kuucapkan salam perpisahan. Segala yang berhubungan denganmu akan kucoba untuk menguburnya dalam-dalam walaupun untuk itu aku harus berpisah jauh darimu.
Harapan yang coba kurajut denganmu ternyata hanya mimpi buruk di kehidupanku. Aku memang terlalu keras kepala untuk tetap bersikukuh mendapatkan cintamu. Sebenarnya surat yang dahulu kau berikan padaku telah membuktikan bahwa kau tidak cinta aku dan benarlah adanya bahwa cinta yang kuharap darimu tidak pernah ada artinya bagimu. Alangkah benar sabda Nabi …
خير الامور اوسطها
Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan
Aku dahulu kadung mencintamu habis-habisan sampai-sampai aku tak memperdulikan studiku. Kini setelah aku sadar itu semua hanyalah permainan setan belaka untuk menina-bobokan diriku dalam khayal yang tak berujung.
Aku sadar dan percaya rukun iman yang ke-enam bahwasanya takdir Allah baik dan buruk aku terima dengan rido dan ikhlas. Mudah-mudahan dengan tidak bersatunya kita membawa satu hikmah yang baik. Segala penderitaan masa lalu akan kuhapus dan membuka lembaran kehidupan baru yang lebih baik.
Tentang tulisan-tulisanku dalam catatan ini adalah murni luapan emosi yang sesuai dengan kurun dan waktu yang berbeda. Untuk itu apabila ada didalam tulisan-tulisanku ini yang menyinggung perasaanmu aku mohon maap. Lidah memang tidak bertulang dan kesalahan yang patal adalah kenapa aku suka kepadamu.  Andai aku tak suka kamu mungkin aku dapat menjadikanmu murid yang baik. Tetapi nasi sudah menjadi bubur dan tak dapatlah kita untuk mengembalikan waktu yang telah berlalu. Kesalahan-kesalahanku padamu teramat banyak dan aku lama tak bertegur sapa denganmu yang sepadahal dalam Islam batas kita cuma tiga hari untuk saling diam.
Terima kasih. Aku telah belajar bagaimana tidak enaknya kasih tak sampai yang apabila kurang kuat iman tentunya akan terjerumus kedalam perilaku yang dilarang agama.
Semoga pada masa yang akan datang hubungan kita dapat menjadi baik bahkan lebih baik lagi, amin. Dalam Islam sesama kita adalah saudara. Mudah-mudahan kita dapat menjadi saudara yang sesusah-sesenang, bersama-sama kita menggapai rido Allah SWT.
****************

Sebuah kata pisah membuat resah rasa dan perasaan. Dusun yang indah, dusun yang penuh kenangan. Bau tanahmu mengundang keharuman karena semerbak harumnya bunga pujaan, kekasih impian yang tak kunjung berikan cintanya untukku.
Hijau daun jambu, hijau merona kasih sayang yang hendak ku pupuk, penuh romantika dan perawatan yang menyita waktu dalam dekap keharuan akibat ketakberdayaan diri untuk tampil lebih percaya diri.
Angin pagi terasa sejuk damaikan pikiranku ditengah kekaguman panorama alam ciptaan Sang maha pencipta, Allah SWT. dan lamunanku menerawang mengingatmu yang kini mulai memasuki usia remaja mula, penuh energi dan hasrat untuk maju. Semoga engkau dapat tumbuh menjadi sekuntum bunga penuh menebar aroma keharuman sehingga dapat membuat kagum siapa yang memandang dan semoga engkau tidak akan tergoda rayuan setan yang menjauhkanmu dari Allah sehingga tidak menjadi sekuntum bunga yang layu sebelum berkembang.
Di sini aku menanti cintamu tetapi tak jua kau beri. Alangkah malangnya nasib dan kebahagiaan serasa terus menjauh dan berpihak denganku. Kau pujaan hatiku. Semoga aku tidak salah memilihmu, memilih yang terbaik diantara gadis yang baik-baik dusun ini dan kau jangan kecewakan aku. Jadilah kau wanita muslimah yang baik, yang menjaga diri dan keluarga serta agamamu. Kecerdasan yang Allah berikan kepadamu adalah anugerah yang tiada terhingga nilainya dan semoga kau dapat memanfaatkannya dengan baik.
Aku menanti cintamu. Walaupun tak bersua raga, mudah-mudahan jiwa kita tetap terpaut dan satu saat nanti pada masanya apabila kita berjodoh, kita dapat bersama. Yah, perpisahan ini sebuah perpisahan wujud kedukaan. Mudah-mudahan kita dapat jelang bahagia hari esok dan keakraban yang lebih mesra antara kita.
Suluh cintaku adalah kamu, dan kau enggan untuk menjadi penerang jalan hidupku. Aku kembali di dasar jurang kehidupan yang pengap. Menina-bobokan diri dalam lamunan-lamunan mimpi yang menyesatkan.
Kecintaanku padamu telah mengurung sukmaku dalam lamunan tentang dusun ini. Dusun yang menyimpan seribu kenangan indah sekaligus menyakitkan. Indah saat dimana aku dapat memberikan setetes ilmu untuk orang lain dan sakit ketika segala cerca dan hinaanmu kuterima dari mulut orang lain.
Akhir dari tulisan ini ingin kukatakan bahwa dinding keangkuhanmu akan kurobohkan dengan traktor baja cintaku. Tunggulah saat dimana semua itu menjadi kenyataan…, Insya Allah.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar