Sore ini adalah
sore yang indah. Nyanyian merdu alam begitu menyentuh perasaan yang telah lama
gersang dilanda kesunyian. Tetapi, mengapa semua ini harus kutinggalkan?
Segalanya tak
akan selalu sama, dan semua ini menjadi tanda bahwa kehidupan akan terus
ditandai berbagai macam rasa. Rasa sedih, senang, susah dan gembira. Hal ini
berlaku bagi semua makhluk yang berada di dunia. Maka, alangkah sayang apabila
kita terlalu larut didalam kesedihan karena esok atau lusa mungkin kita akan
gembira.
Desah dedaunan
kian lelah ditiup angin, namun tak jemu mengiringi tembang kehidupan. Aku
terduduk di tepi jalan sambil teriak. “Maafkan, maafkan atas kebodohan ku
Tuhan.”
Penuhilah
janji, penuhi
Penuhi agar
lelah mu berhenti
Ingkari,
ingkarilah nafsu mu
Selagi kau
kerap dicumbunya
Hari ini atau
esok adalah bukan hari kemarin
Hari ini kau
berkarya untuk hari esok dan
Menghapus noda
hari kemarin
Potong,
potonglah kompas kejahilan
Karena itulah
yang membawa kesengsaraan
Rindu mu nan
palsu jangan kau turutkan
Karena itu
yang kan membunuh asa cita mu
Tenaga mu
sangat dibutuhkan
Bukan untuk
kemubadziran
Simpanlah untuk
suatu ketika digunakan
Mengamal bajik
mencegah munkar
Peraduan biru hari
kemarin telah berkubang darah. Tak ada lagi kapas putih karena semua telah
hitam menggambar darah beku. Tangisanmu usah sia-sia tanpa berusaha mengubah
noda dengan ketaatan mengiring perintah Tuhan.
Ruang arca kita
semakin disorot penuh debu. Tak lagi kita dapat menghirup udara segar. Semuanya
telah masuk ke jantung dan otak tanpa kita dapat berbuat apa-apa. Dan para
tetangga pun tidak akan pernah perduli tentang kita karena mereka pun sibuk
dengan urusannya yang terus memburu dunia.
Tak lagi kita
bisa nikmat bermandi cahaya lentera karena semua atau sebagian dari kita
menyukai kegelapan. Otot dan otak kita kadang terasa ngilu mendengar khotbah
dan ceramah agama yang selalu menyinggung dan memojokkan segala apa yang telah
kita perbuat, sampai kita muak dan selalu menutup jendela dan mata hati kita. Biarlah
biar karena kita suka gelap dan nanti akan diganjar dengan lentera yang tak
pernah padam dan selalu temaram dengan api yang selalu menjilat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar