DRAMA KOMEDI DENGAN JUDUL :
“ MALIN KUNDANG “
NASKAH
DI SUSUN OLEH : ADIYA LAMBADA ISWARA
PENATA
MUSIK :
PENATA
RIAS :
PENGATUR
LAKU :
DENGAN
PARA PEMAIN :
1.
……. SEBAGAI USTADZ
2.
………. SEBAGAI MALIN KECIL
3.
……… SEBAGAI MALIN BESAR
4.
……… SEBAGAI MAK
5.
……… SEBAGAI SAUDAGAR
6.
……… SEBAGAI ISTRI
MALIN
7.
………. SEBAGAI RAJA
PEROMPAK
8.
………. SEBAGAI
PENGAWAL
9.
………. SEBAGAI NAHKODA
DI BANTU OLEH :
1.
……………
2.
…………...
3.
……………
4.
…………….,
DAN.
5.
……………..
SELAMAT MENGIKUTI ………………………………… (Musik)
Ustadz
(prolog. Meniru gaya Ustadz Muhammad Nur di Trans TV)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته !
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على
سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد:
Jama’aah?
(beeik)
Jama’aah?
(beeik)
Alhamdu
(lillaah)
Baginda
Nabi Muhammad SAW. dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin
Khattab, beliau di Tanya oleh seseorang tentang tanda-tanda Hari Kiamat.
Apa
itu ?
Jama’aah
! (beeik)
Ooo…
Jama’ah ! (beeik)
Tanda-tanda
Kiamat itu di antaranya adalah ketika seorang budak melahirkan tuannya. Apa
maksudnya?
Maksudnya
adalah banyak anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Na’uzubillahi min
(zalik) semoga kita semua terhindar dari hal yang demikian, amin.
Jama’aah!
Ada
satu cerita yang terkenal dari tanah minang tentang anak yang durhaka kepada
orangtuanya. Mau tau ceritanya?
Mau
tau?
Ini
dia!
MALIN
KUNDANG ADALAH SALAH SEORANG ANAK YANG MEMPUNYAI CITA-CITA TINGGI. DIA TINGGAL
DI DESA PESISIR PANTAI. IBUNYA YANG SETENGAH TUA DENGAN SUSAH PAYAH MENDIDIK
DAN MEMBESARKAN MALIN KARENA BAPAKNYA TELAH TIADA.
(Lagu
Qasidah “Ibu” Diiringi tarian. Mak berada di pusat lingkaran, duduk di kursi
menambal baju-baju Malin yang sudah rusak, dan tiba-tiba Malin datang …)
Malin
Kundang : Mak …mak ! (setengah
berteriak)
Mak : Ada apa, Lin !
Kok teriak-teriak begitu, emang mak budek apa ?!
(menaruh
rajutan kainnya)
Malin Kundang : Gini, Mak. Malin lihat kapal berlabuh dan
mereka sedang mencari anak buah kapal baru. Malin daftar dan di terima. Malin
mohon izin Mak untuk berangkat.
Mak
: Kalau memang keputusanmu sudah bulat, Mak tidak bisa melarang. Desa
kita memang miskin. Mudah-mudahan kamu sukses dan berhasil jadi orang.
(Menangis)
Malin Kundang : Malin
pergi dulu, Mak… (bersimpuh)
Mak
: Hati-hati, nak? Jangan tinggi hati dan suka melawan.
Malin Kundang : Iya,
Mak! Assalamu ‘alaikum.
(Mereka berpelukan saling melepas haru, lalu melambaikan salam
perpisahan)
MAKA
MALIN PUN BERANGKAT DAN SAMPAILAH DI SEBUAH KAPAL YANG BESAR. MALIN DENGAN DI
ANTAR SEORANG PENGAWAL PERGI MENEMUI SAUDAGAR KAPAL.
Pengawal : Duli
tuanku yang mulia! Hamba membawa seorang anak buah kapal baru.
Saudagar :
Bawalah kemari, aku ingin menanyainya.
(Pengawal membawa masuk Malin Kundang. Mereka duduk menghadap
saudagar)
Saudagar :
Benar, kau ingin bekerja padaku?
Malin Kundang : Ya,
tuanku. Saya siap!
Saudagar :
Sudah mengerti tata tertib disiplin di kapal ini!
Malin Kundang : Saya
akan berusaha untuk mentaatinya tuanku.
Saudagar :
Pengawal!
Pengawal :
Hamba, tuanku!
Saudagar : Aturlah penempatannya pada
nahkoda!
Pengawal :
Baik, tuanku!
(Pengawal membawa Malin Kundang kembali, lalu diiringi sang
Saudagar )
HARI
BERGANTI MINGGU. MINGGU BERGANTI BULAN. BULAN BERGANTI TAHUN. TAK TERASA WAKTU
SEPULUH TAHUN PUN BERLALU…
Pengawal : (meneropong. Tergesa-gesa menghadap
Saudagar memberi laporan)
Lapor, tuanku! Para perompak mendekati kapal kita.
Saudagar :
Cepat lakukan tindakan pencegahan!
Pengawal :
(Mengumpulkan anak buah kapal)
Nahkoda :
Semuanya sudah siap?
ABK (koor) :
(dengan dilengkapi pedang Anggar)
Siaap!
Raja Perompak : (Masuk
diiringi anak buahnya)
Ha..ha…ha…ha. Cepat serahkan barang bawaan kalian dan pindahkan ke kapal
kami!
Saudagar :
Tidak bisa.Kami akan tetap mempertahankannya.
Perompak : Kalau begitu. Kita akan
bertarung. Anak buah bersiaplah.
Anak
buah : Siap, Ketua !
(Terjadilah
pertarungan yang sengit antara Pemilik Kapal dan para perompak yang akhirnya
Saudagar berhasil mempertahankan kapal miliknya dari kekejaman para perompak
berkat bantuan Malin Kundang)
Saudagar : Malin… Terima kasih. Atas
kepandaianmu kami semua selamat.
Malin
Kundang : Ini sudah menjadi tugas
saya tuanku.
Saudagar : Kau
sangat berjasa. Mulai sekarang kau lah pemimpin kapal ini dan menikahlah
dengan
putriku.
PESTA PUN DILAKSANAKAN DENGAN SANGAT MERIAH DI ATAS
KAPAL SELAMA TUJUH HARI TUJUH MALAM. DAN SETELAH PESTA USAI TAMPAK MALIN
KUNDANG BERSAMA ISTRINYA SEDANG BERCENGKERAMA …
(Lagu
titanic)
Malin Kundang : Dinda,
Kanda sudah rindu untuk menjenguk ibunda yang jauh di kampung. Maukah dinda
ikut dan memohon restunya.
Istri Malin Kundang :
Benarkah kanda? Dinda akan merasa senang sekali.
Malin Kundang :
Kalau begitu berkemaslah. Besok kita berangkat.
MAKA
KEESOKAN HARINYA BERANGKATLAH KAPAL MALIN KUNDANG YANG TELAH SUKSES DI RANTAU.
PULANG KE KAMPUNG HALAMAN TERCINTA.
(Iring-iringan
kapal dan lagu)
DI
SEBUAH DESA TEMPAT IBU MALIN KUNDANG TINGGAL
(Mak
duduk-duduk sambil melamun. Tiba-tiba datang adik Malin Kundang)
Adik
Malin Kundang : Mak! Ada kapal
berlabuh. Mungkin itu kapal Kak Malin.
Mak : Benarkah, nak!
Adik
Malin Kundang : Benar, Mak! Mari kita
lihat.
Mak : Ayo, siapa
takut?
DI
DORONG OLEH KERINDUAN YANG MENGGEBU, MAKA BERANGKATLAH IBU DAN ANAK ITU UNTUK
MENEMUI MALIN KUNDANG DENGAN HARAPAN BENAR ITU ANAKNYA YANG DAHULU BERLAYAR. DI
PELABUHAN …
Nahkoda
: Tuan! Indah sekali desa tuan. Penduduknya ramah tamah dan
gadis-gadisnya cantik-cantik.
Malin Kundang : Ah,
kau bisa saja! Mari kita menuju ke rumah ibuku.
(ketika hendak berangkat, tiba-tiba …)
Mak
: (berpakaian compang-camping, bertumpu pada tongkat dan dengan tatapan
penuh kerinduan pada anaknya)
Malin
… Malin. Benarkah kau Malin, anakku!
Malin Kundang :
(Marah. Wajahnya merah padam menahan malu)
Apa?!
Aku anakmu.
Sebelum kau mengaku sebagai ibuku. Berkacalah dulu hai perempuan gembel.
Aku tidak mempunyai ibu seperti kau!
Adik Malin Kundang : Kak Malin. Dia ibumu. Ibu yang telah
melahirkan kamu. Janganlah kakak menyakitinya.
Istri Malin Kundang :
Jika benar itu ibumu dan juga mertuaku terimalah.
Malin Kundang :
(Marah) Pengawal, ayo kita kembali ke kapal!
( Semua terdiam )
Malin Kundang :
Nahkoda. Hei kalian semua! Ayo kita kembali ke kapal.
( Semua terdiam dan saling pandang)
Mak
: (Terbata. Menahan kesedihan)
Malin. Tega kau tidak mengakui aku sebagai ibumu sendiri. Walau kau
telah bertahun-tahun pergi, tetapi aku tahu kau anakku. Aku yang menyusui kamu.
Tega kau membalas air susu dengan air tuba. Kini ….(Terdengar kilat dan Guntur
di angkasa) Terkutuklah
kau menjadi batu!
(Musik sedih diiringi penutup)
(Para pemain berkumpul di atas panggung)
Ustadz
: Jama’aah! (beeik) Ooo…Jama’aah (beeik) begitulah akhir cerita dari
Malin Kundang. Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil hikmah dari cerita ini.
(Ustadz dan para pemain sama-sama
mengucapkan salam dan membungkuk tanda penghormatan)
WASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLAHI
WABAROKATUUH!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar