Jumat, 20 November 2015

Sangereng Senja Merah Jambu

Sangereng senja merah jambu. Mengenang kebersamaan kita dalam masa yang singkat. Bersenda gurau dengan santri-santri TPA, di bukit tempat biasa kita melepas lelah setelah seharian membantu mengajar di SD, MI dan TPA. Menikmati pemandangan alam ciptaan Allah dengan sawah yang berundak dan danau hijau tempat anak-anak desa biasa terjun bebas dari tebing-tebing bekas kupasan teras. Bukit Sangereng menjadi saksi kebersamaan kita dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat STAI Laa Roiba.
walau lelah kita kayuh asa
perlahan tapi pasti
gapai citra diri

"Yakub, naik sini, kita foto bareng." teriak ku pada salah seorang santri TPA yang menyembul dari balik bukit. Anak itu berlari menghampiri kami dan sesi foto ala artis pun terjadi. Ada Bon dan aku sebagai pasangan, kumpulan keluarga Echi dengan anak-anaknya yang aku ikut nimbrung di dalamnya. Narsisnya aku selalu ingin ikut di setiap sesi foto selama kegiatan PPM. Demikian Echi menjulukiku ...
Aku masih di bukit dengan santri-santri TPA, berlatih nasyid sepohon kayu dan hymne TPA. Sesaat kemudian kami pulang untuk persiapan salat maghrib. Bon dan Echi minta di antar mandi didampingi isteri Pak Ustadz melewati pintu selingkuh tempat Pak Rt tinggal. Pulang mandi berkeringat kembali karena jalan yang turun-naik. Echi masih ribut gatal-gatal walau sudah mandi. DL..., mengutip ucapan Bon yang berasal dari empunya gatal-gatal. Derita Lo...!
"Neeh, pake baju gue!" Bon baik hati memberikan pinjaman kaos birunya.
Dan ajaib, Echi tidak ribut gatal-gatal badannya. 
Salat maghrib aku laksanakan berjamaah dengan Bon di ruang tamu Posko. Bu Uni dan Bu Amah salat di kamar. Echi duduk manis di Sofa, entah apa yang dikerjakannya. Maklum sedang M. Selesai maghrib kami berkumpul bersama, membaca surah Yasin dan mendoakan arwah keluarga dan kerabat yang telah tiada.

Andai bisa kuulang masa
ingin kutetap bersama
meniti ridho-Nya

"Sayang, ya...! Kita tidak bisa kumpul bareng. Padahal ini kan malam terakhir kita bersama." Ujar Bon gak menyesalkan.
"Maklumin aja, kelompok kita kan anggotanya banyak yang pada sibuk." Sela Bu Uni.

Malam menjelang. Langit merah berganti biru dengan hiasan bintang-gemintang yang bertebaran di angkasa dengan sedikit kapas-kapas awan. Cerah dengan rembulan yang masih malu menampakan diri. Aku berinisiatif mengajak Bon dan Echi menuliskan kenangannya selama PPM di Sangereng. Dan seperti ini hasilnya...

Sangereng 2009
Dear Diary!
Di malam yang sunyi ku terpaku menatap gelapnya malam. Malam ini baru kusadari bahwa hidup ini harus penuh warna dan cahaya. Tidak terasa, hampir sebulan penuh perjalanan PPM di Sangereng. Dan malam ini adalah malam terakhir. Tapi sayang, malam ini tidak seindah seperti yang Bon rasakan karena di malam terakhir yang seharusnya malam puncak kebersamaan tidak semua bisa hadir. Bon hanya berlima. Tapi Bon seneng, kok! Kita di sini bahagia, karena saat ini kami merasakan indahnya kebersamaan walaupun cuma berlima.

Terima kasih Tuhan, karena dengan izin dan kekuasaan-Mu Bon masih diberi kesempatan bisa kumpul di tempat PPM. Masih bisa bercanda sama Pak Nanda, Ibu Surni dan Ibu Amah yang pada baik. Bisa bercanda sama Echi yang ngocol.

Diary...!
Tempat PPM di Sangereng ini jauh banget. Jauh dari warung dan jalan. Tempatnya juga gersang tidak ada air. Lalu mandi harus jalan jauh naik-turun. Tapi dibalik itu semua tersimpan keangungan Allah. Karena walaupun gersang, pagi hari kami masih bisa merasakan matahari yang menyambut pagi yang cerah dan bersahabat. Sore hari bisa melihat matahari tenggelam sambil mengucapkan met malam. Bentuk dan cahayanya begitu sempurna.... Malamnya simfoni binatang malam menambah kesyahduan.

Tuhan...
Kalau boleh aku memohon, janganlah Engkau hilangkan rasa kebersamaan ini. Aku ingin rasa ini tidak hilang sampai kapan pun. Terima kasih Tuhan. Terima kasih atas segalanya.
3honsay

Rabu malam Kamis, 13 Agustus 2009
Pukul 20:48 WIB
Di malam yang sunyi sepi ini aku merenung. Tak terasa malam ini malam terakhir kami semua. Hampir satu bulan aku dan teman-teman menjalankan aktifitas PPM di Sangereng. Pada awalnya aku merasa tidak bisa hidup di desa yang terpencil seperti ini yang jauh berbeda dengan ...
(Cerita ini tidak berlanjut karena Echi sibuk menerima telepoh masuk entah darimana...)

Bu Amah dan Bu Uni saling curhat di kamar. Bon curhat ingin segera punya pasangan. Aku hanya mengucap Insya Allah. Sebab jodoh ditangan Tuhan. Malam terakhir di Sangereng menjadi begitu bermakna.
خير الناس انفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.

Malam kian larut. Sambil menunggu TM (Talk Mania Telkomsel), kami asyik bersenda-gurau menikmati kebersamaan yang walau sesaat semoga kian mempererat tali ukhuwah Islamiyah.
Medio Agustus 2009
Adiya Lambada Iswara (ALI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar